Mohon tunggu...
Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dan Pendidik

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Mengidolakan Kpop, Bolehkah?

9 Desember 2023   22:19 Diperbarui: 15 Januari 2024   13:06 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boy/Girl Band Korea (sumber: wikipedia, kolase)

Hindari Fear of Missing Out (FOMO)

Dikutip dari laman Wikipedia, FOMO merupakan perasaan cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi, sering disebabkan karena unggahan di media sosial. Sebagai contoh, rasa takut karena tertinggal atau tidak mengetahui informasi tentang konser boyband idola. Alhasil, fans menjadi kecewa bahkan berdampak pada kesehatan psikis.

Dalam hal ini, pentingnya peran orang tua untuk mengisi tangki psikis anak agar tidak terjadi kekosongan atau kekurangan kebutuhan psikologis yang berdampak pada stres, menurunnya produktivitas, dan menyita waktu untuk memikirkannya. Dengan demikian, ada baiknya orang tua membatasi kegiatan screening layar pada anak karena pada umumnya anak berinteraksi dengan media sosial yang mempengaruhi pola pikirnya.

Lebih jauh, bahaya fomo akhirnya berdampak anak menjadi sekadar ikut-ikutan daripada kebutuhan yang sah. Hal ini berakibat pada respon emosional anak jadi merasa sedih dan ketakutan jika ketinggalan informasi atau momen berharga dari idolanya.

Berdasarkan pemaparan di atas, pentingnya peran orang tua menjadi sosok pendidik yang baik untuk anak-anaknya. Terdapat beberapa catatan penting yang perlu orang tua perhatikan saat anak mengidolakan Kpop, diantaranya :

1. Zaman semakin maju, menuntut anak "think globally act locally" sehingga anak tidak mudah rapuh tergerus oleh zaman. Menyadarkan anak bahwa setiap negara memiliki keunikan atau kekhasan masing-masing sesuai kebudayaannya. Maka dari itu, pentingnya mengambil nilai-nilai positifnya saja sebagai penunjang prestasi belajar dan penelusuran minat serta bakat anak.

2. Seiring bertambahnya usia, otak akan terus berkembang begitu pula pemikiran dan kedewasaan anak. Anak akan menemukan passion-nya entah kelak akan menjadi penerjemah bahasa korea dan menguasai huruf Hangul, aktor atau aktris, desainer, penari, penyanyi, atau bahkan kuliah beasiswa di Korea sekaligus mempelajari budaya lintas negara. Maka dari itu, orang tua dapat mengambil peran untuk mendampingi anak dan tidak "buru-buru" melarangnya pula tidak "bablas" membiarkannya.

3. Saat mengidolakan, upayakan tidak berlebihan. Sampaikan kepada anak bahwa mengidolakan tidak harus membeli semua merchandise-nya. Misalnya light stick sebagai piranti bergengsi ketika menonton konser. Mengingat harga merchandise variatif ada yang mencapai jutaan rupiah, bukan menjadi suatu keharusan anak membeli semua albumnya, menirukan gaya visual secara berlebihan, bahkan menghadiri di setiap konser serta Fan Meeting. Tirulah apa yang menjadi prestasinya, misalnya karena keuletannya, kegigihannya, dan seterusnya. Hal tersebut semata-mata agar anak terhindar dari bahaya perilaku konsumtif.

4. Pentingnya orang tua menerapkan pola asuh demokratis dalam situasi dan kondisi saat ini. Orang tua memberikan kebebasan dan keleluasaan apa yang anak sukai namun tetap taat pada aturan misalnya adab dan kode etik cara berpakaian sesuai adat istiadat dan norma-norma yang berlaku di Indonesia.

5. Jika anak dan orang tua sama-sama mengidolakan korea, salurkan pada hal positif. Misalnya nonton drama korea bersama setelah itu ada sesi diskusi atau sekadar ngobrolin isi film atau drama untuk mengupas nilai-nilainya. Jika ingin datang di konser atau sekadar funmeet membiasakan jauh-jauh hari untuk saving money atau menabung.

Sebagai tambahan informasi, terdapat idol Kpop yang berasal dari Indonesia yaitu Dita Karang (Secret Number), Zayyan (Xodiac), dan bisa jadi masih ada yang lain. Keduanya sukses berkarier sebagai member girl/boy band di negeri gingseng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun