Yang tidak kalah pentingnya, dalam novel ini berkisah betapa pentingnya pola asuh yang baik untuk anaknya.
Dampak dari pola pengasuhan menurut (Dalimonte-Mercling, 2016) yaitu :
1) Pola asuh demokratis ini memungkinkan anak memiliki kepribadian seimbang, membuat keputusan secara mandiri, disiplin melalui komunikasi yang baik, memiliki kepercayaan diri, kreatif, dan bahagia secara mental. Diyakini bahwa ciri-ciri ini adalah kunci kesuksesan anak di masa depan.
2) Pola asuh otoriter akan menyebabkan anak menjadi mudah emosi, hubungan anak akan menjadi tidak baik apabila bertemu dengan orang lain dan di kemudian hari anak cenderung memiliki perilaku yang otoriter.
3) Pola asuh permisif yang diterima akan menciptakan ciri-ciri anak yang terbuka tumbuh secara kreatif karena mereka terbiasa bebas dari keramaiannya sendiri. Namun, anak yang tidak dibiasakan dengan batasan cenderung akan menjadi anak yang terikat ke depannya. Hal ini menyebabkan anak menjadi kurang motivasi untuk belajar, sengan lingkungannya anak susah untuk beradaptasi, banyak menuntut, menjadi egois, dan cenderung memberontak.
Berdasarkan pada pengalaman saya ketika diamanahi menjadi seorang wali murid dan dihadapkan pada berbagai permasalahan peserta didik, ternyata banyak pula faktor penyebab dari pola asuh tersebut. Beberapa faktor penyebab tersebut diantaranya latar belakang pendidikan orang tua, perceraian orang tua, kondisi ekonomi orang tua, kesibukan orang tua, dan sebagainya.
Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik, saya membutuhkan jalinan relasi yang baik antara saya dengan para orang tua. Perlunya peningkatan kolaborasi antara orang tua dan guru agar anak berkembang dengan baik dari segi akademis, mental serta karakter interpersonal terhadap orang lain. Bahkan untuk pencegahan terjadinya perundungan.
Keberhasilan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sekolah tidak terlepas pula dari tanggung jawab orang tua. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan utama persekolah yang dilakukan dengan menggunakan alokasi waktu yang telah ditentukan dalam struktur program. Kegiatan ini dilakukan guru dan peserta didik dalam jam-jam pelajaran setiap hari. Contoh dari kegiatan intrakurikuler meliputi kegiatan pembelajaran di dalam kelas, wawasan kebangsaan, piket membersihkan kelas, upacara hari senin dan hari besar nasional, kegiatan senam pagi, serta kegiatan peribadatan.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan peserta didik sekolah umumnya di luar jam belajar. Beberapa contoh kegiatan ekstrakurikuler meliputi kepramukaan, Palang Merah Remaja (PMI), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Karya Ilmiah, dan masih banyak lagi.
Dengan demikian, diharapkan kolaborasi antara orang tua dan guru terjalin optimal untuk mencapai keberhasilan dalam setiap kegiatan pendidikan.
Intensitas pertemuan tatap muka guru dan orang tua secara formal bisa dibilang hanya 2 sampai 3 kali dalam satu tahun ajaran misalnya pengambilan rapor tiap semester dan rapat komite wali murid.Â