Waktu terus berjalan, Bu Suci melakukan pendekatan dengan anak ini. Pernah suatu waktu, Bu Suci meminta tolong Waskito untuk mengantarkan makanan kepada anaknya yang sedang sakit. Bu Suci menyampaikan bahwa bersyukurlah Waskito karena memiliki raga yang sehat sehingga tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak berguna bahkan hal-hal yang merugikan.
Tidak hanya itu, Bu Suci juga pernah memberikan penugasan kepada Waskito dan teman-temannya dalam satu kelompok hingga pekerjaan mereka mendapat penghargaan dari teman-temannya. Bu Suci berharap Waskito memikirkan bahwa eksistensinya diakui oleh bu guru dan teman-temannya. Karena selama ini Waskito adalah sosok “biang onar” di mata teman-temannya. Oleh karena itu, Bu Suci berusaha keras agar hal itu musnah dan mengembalikan kepercayaan Waskito bahwa dia dibutuhkan dan diinginkan oleh teman-temannya.
Kini, Waskito tinggal bersama bibinya. Walaupun keadaan perekonomian bibinya bisa dibilang sulit, namun Waskito mendapatkan pelajaran tentang kasih sayang bersama keluarga ini. Bersama bibi dan keluarga, Waskito merasa senang karena kerukunan selalu terpancar walau kadang kala harus berbagi makanan. Di sana dia mendapat pengajaran tentang sopan santun dan kasih sayang. Ibu Suci merasa lega dengan semua perubahan yang mulai Waskito tunjukkan.
Namun suatu hari, Waskito kembali mengamuk lantaran ada salah satu teman yang menghina karyanya padahal maksud temannya hanyalah gurauan. Waskito sampai membawa cutter yang diacuhkan ke udara, namun Bu Suci merampasnya saat Waskito lengah dan tidak peduli hal buruk terjadi padanya.
Pada akhirnya, semua guru sepakat agar Waskito dikeluarkan karena perilaku anak tersebut yang keterlaluan. Namun, Bu Suci dengan segenap hati meminta agar diberi waktu untuk membimbing Waskito, jika gagal jabatannya sebagai guru rela jika harus dicabut. Bu Suci meyakini bahwa Waskito akan berubah menjadi anak yang baik.
Sejak saat itu, Bu Suci dan Waskito semakin dekat hingga akhirnya sedikit demi sedikit Waskito mau berbagi cerita dan mau menerima nasihat dari Bu Suci.
Akhir semester tiba, Waskito naik kelas dan keluarga sangat berterimakasih karena tidak menyangka Waskito dapat mengubah perilakunya bahkan hingga naik kelas.
Waskito dan keluarga Bu Suci pun berlibur ke desa mereka Purwodadi sesuai dengan janjinya kepada Waskito tempo lalu. Sejak bertemu dengan Waskito, Bu Suci merasa hatinya telah dipertemukan dengan hati Waskito.
Pentingnya Memperkuat Koneksi Guru, Orang Tua, dan Anak
Kisah novel di atas mengangkat kisah seorang guru yang mempunyai prinsip untuk selalu menjunjung tinggi pekerjaan sebagai seorang guru menjadi pekerjaan yang patut untuk diteladani. Peran Bu Suci dalam novel ini sebagai fasilitator untuk membimbing murid-muridnya ke jalan yang benar.
Beberapa kejadian saat ini yang saya temui, masih ada guru yang seolah cuek terhadap permasalahan yang sedang dialami peserta didiknya. Padahal bentuk kepedulian seorang guru terhadap murid adalah salah satu implementasi keprofesionalannya.