Mohon tunggu...
Khusnul Zaini
Khusnul Zaini Mohon Tunggu... Pengacara - Libero Zona Mista

Menulis Semata Mencerahkan dan Melawan ....!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Filosofi "Merdeka" dalam Tafsir "Kemerdekaan" Sejati

16 Agustus 2023   03:13 Diperbarui: 17 Agustus 2023   05:45 2003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghadang kecurangan proses pemilu legislatif maupun Pilpres dengan basis perlawanan secara rasionalitas dan logis, sehingga bisa bebas menentukan pilihan politik sesuai kata hati secara jujur. 

Pikiran yang rasional dan logis menjadi syarat untuk bisa melawan pengaruh siapapun yang mengarahkan keyakinan diri, agar bisa dikalahkan dan tunduk dengan praktik politik identitas yang ditawarkan.

Memandang kemerdekaan melalui kacamata agama adalah universal, karena semakin kuat pemahaman seorang manusia terhadap penghambaanNYA itu, maka itulah kemerdekaan yang sejatinya. 

Tafsir dalam penghambaan tersebut, secara tidak langsung menafikan ketergantungannya kepada system politik yang ada, karena aturan yang ada dan berlaku bukan berbasis keimanan, tetapi kesepakatan yang bersifat sementara.

Merdeka secara psikologis itu berarti mampu melepaskan perasaan hati dan pikiran negatif dari sikap iri dan dengki terhadap kesuksesan seseorang maupun pikiran curiga kepada anggota keluarga, tetangga, kawan, rekanan kerja, hingga pimpinan sekalipun dengan "sikap permakluman dan ilmu tega" sehingga bisa menjalani kehidupan sosial politik dengan "prilaku bergembira" untuk meraih kesuksesan yang dibalut keberkahan. Percaya bahwa siapa yang menabur benih kebaikan, kelak akan memanen balasan setimpal.

Praktik sikap permakluman dituntut bisa memaklumi siapapun mereka yang menciderai nilai dan etika ketika terkoneksi secara langsung dalam interaksi social. Memaklumi karena latar belakang pengetahuan dan wawasan mereka yang terbatas, atau karena ada persoalan hidup yang sedang menimpanya.

Sedangkan penerapan ilmu tega kepada kawan/sahabat/rekanan/keluarga/pimpinan, semata karena niatan untuk mengingatkan agar tidak semakin terjerumus dengan kesalahan yang dilakukannya. 

Praktik ilmu tega ini tentu ada konsekwensi yang harus ditanggung, dan siap menghadapinya tanpa harus mengkalkulasi dampak yang ditimbulkan.

Relevansinya dengan roman sejarah Burung-Burung Manyar dalam konteks ini, setidaknya akan terpotret secara terang benderang ketika memasuki alur cerita lebih dalam. 

Akan ditemukan pesan moral dengan mengupas nilai-nilai pendidikan dan nasionalisme sejati, yang dikemas lewat gambaran pengetahuan dan pengalaman manusia tentang pola perilaku dan pola pikir manusia secara renik.

Secara semantik, gagasan dasar yang dianggap menonjol di dalam novel ini adalah soal ketidaksiapan secara mental dan psikologis seseorang untuk menerima kenyataan hidup, masalah dendam hati, masalah cinta tak sampai, hingga  masalah keberadaan politik bangsa Indonesia ketika zaman penjajahan Belanda, Jepang, serta pasca kemerdekaan.

Merdeka dalam berpikir dan berekspresi secara berseberangan dengan sudut pandang berbeda dari khalayak umum memang berisiko. Konsekuensi penyematan stigma tertentu yang dilekatkan pihak tertentu, bisa berpengaruh dampak terhadap peran dan posisi politis pelakunya. Jika bisa menerima konsekuensi itu secara sadar, maka dirinya akan tetap bisa berfikir dan bertindak dengan leluasa, tanpa harus takut menghadapi dampak apapun, semata karena cara berfikir dan bertindak secara tidak lazim atau terbalik.

Relevansinya dengan karya novel Burung-Burung Manyar, setidaknya dalam bagian alur ceritanya mampu memberi gambaran tentang simbolisasi bahwa Indonesia harus membangun sarang-sarang baru. Merumuskan kembali wujud masyarakat Indonesia dan menafsirkan nilai-nilai yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun