Meski demikian, ada juga yang dengan kegagahannya mengklaim diri sebagai sosok aktivis lingkungan, dengan spesifikasi sesuai tugas dan keahliannya melakukan mobilisasi massa, agitasi dan kampanye, atau para elite birokrat karena penugasannya berkaitan dengan urusan kebijakan lingkungan.
"Jika dipersempit berbasis teritorial, sejatinya para tetua adat dan kepala desa merupakan sosok aktivis lingkungan garda terdepan dalam wilayah administratifnya"
Tanpa alasan apapun, mereka tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai aktivis lingkungan. Segala prilaku, petuah hingga kebijakannya, setidaknya menjadi penjaga dan penentu lestari atau hancurnya lingkungan dalam batas teritorialnya.
Mewariskan dan merawat budaya tutur melalui dongeng cerita rakyat bernuansa local wishdom berdasarkan sejarah masing-masing suku/etnis daerah tertentu, menjadi sangat efektif sebagai media membangun kesadaran lingkungan secara dini warga masyarakatnya.Â
Seyyed Hossein Nasr, filsuf muslim kontemporer Iran, menganggap manusia modern dengan segala kegalauan rasionalitasnya, menilai alam tidak sakral sama sekali. Bahkan, manusia mengeksploitasi alam layaknya pelacur, mengganti segala kesakralannya dengan uang.
Idealnya, kesakralan relasi lingkungan alam dengan manusia seperti pernikahan, penuh tanggung jawab dan berkeadilan. Kritik lain yang lebih prinsip, terkait isu krisis lingkungan. Menurutnya, manusia modern menolak melihat Tuhan sebagai alam yang tertinggi.
"Jika menganggap dan menilai lingkungan semakin rusak, sejatinya perlu memeriksa ulang, tindakan apa saja kiranya yang sudah diperbuat untuk menjaga, menyelamatkan dan melestarikan lingkungan sekitar kita?"
Siapapun mereka manusia, tanpa memandang ras dan bangsa mana, status, pangkat dan jabatan sebagai apa, serta ajaran agama apapun, telah mengajurkan untuk berbuat dan bertanggung jawab bersama merawat bumi.
Karenanya, prilaku keseharian para aktivis lingkungan baik yang berstatus relawan, karyawan NGO, ASN, hingga elite birokrat dan pimpinan NGO berkelas apapun, idealnya sudah selesai lebih dahulu soal pelestarian dan penanganan masalah lingkungan rumah dan sekitarnya.
Mari kita berkaca diri, apakah rumah tinggal dan perumahan/perkampungan tempat kita tinggal sudah selesai kita tangani masalah lingkungannya? Jika belum, bersiaplah mendapat pertanyaan dari siapapun statusnya, hingga membuat malu secara moral-intelektual.
Apakah cukup dengan pakai kaos bertulisan kata ajakan beserta symbolnya? Apakah cukup dengan menulis status di Metsos atau membuat pers release? Apakah cukup dengan acara webinar atau seminar? Apakah cukup menjadi perancang aturan hukum dan proposal?
- "Keteladanan menjadi penting agar tidak dinilai hanya pandai bicara dan menyuruh orang lain, tetapi perkataan dan suruhannya belum pernah dilakukan/diperbuat, apalagi memahami dampak dan konsekwensi perbuatannya"
Anthony Giddens, pakar sosiolog Inggris dengan teori strukturasi dan pandangan menyeluruh tentang masyarakat modern. Pemikiran Giddens tentang strukturasi yang mengilustrasikan suatu hubungan dialektika antara struktur dan agen (tindakan) yang disebut konsep dualitas struktur, atau tindakan dan struktur saling mengandaikan.
Karenanya, harmonisasi soal interaksi antar pejabat dan antar aktivis lingkungan, antara OPD dengan NGO, hingga koneksitas projek/program pelestarian dan perbaikan lingkungan, harus dipastikan selaras dan saling mendukung diantara mereka semua.