Mohon tunggu...
Khusnul Zaini
Khusnul Zaini Mohon Tunggu... Pengacara - Libero Zona Mista

Menulis Semata Mencerahkan dan Melawan ....!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tafsir Strategi dan Langkah Kuda Jokowi Penentu Presiden 2024

31 Desember 2020   16:51 Diperbarui: 31 Desember 2020   17:15 1870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ahli strategi perang zaman China kuno Sun Tzu mengatakan "Kenali musuhmu, kenali dirimu sendiri, dan kemenanganmu tak akan terancam".

Sebagaimana kata filosofi di atas, sepertinya Jokowi beserta orang terdekatnya memahami betul cara menaklukkan lawan politiknya, melobbi peseteru politik menjadi bagian kekuatan politiknya, hingga cara mengelola pemerintahan republik ini.

Sudah sering strategi politik dikaji, dipadankan, dan dibandingkan dengan strategi perang dan tarung, dari Sun Tzu sampai Musashi, bahkan juga dengan strategi dan taktik dalam permainan sepak bola.

"Jokowi mampu mengklaster dinamika dan hingar-bingar politik massa hanya terjadi di Jakarta saja, sehingga operasi pembangunan phisik di seluruh daerah berjalan lancar tanpa ada gangguan dan kendala secara signifikan"

Meskipun pemilihan presiden 2024 masih empat tahun lagi, tetapi aura dan dinamika politik antar kelompok sudah menunjukkan geliatnya. Upaya frame profil kandidat yang dinilai layak jual, sedang disiapkan atau menyiapkan dirinya sendiri sebagai upaya investasi politik.

Begitu juga dengan gaya dan langkah Jokowi saat ini. Melalui dan menggunakan hak prerogatifnya, Jokowi sedang memainkan scenario politik tak terduga bagi kalangan pengamat politik, maupun lawan-lawan politiknya.

"Lobbi dan negosiasi politik dengan strategi operasi senyap berbasis prestasi bisnis dan nasionalisme, mampu meluluhkan rasionalitas politik seorang jenderal dan pelaku usaha yang mumpuni tingkat nasional-internasional".

Pembubaran Ormas FPI misalnya, terlepas menggunakan alasan perizinan dan status hukum organisasi, tetapi tafsir politiknya diduga bagian dari scenario pemenangan kandidat tertentu, dengan cara mengacaukan konsentrasi, konsolidasi dan kesolidan kelompok politik tertentu.

Apabila menilik pihak pengusul pasangan Capres-Cawapres, ketentuan Pasal 8 UU.No.42/2008, menyebutkan bahwa "Calon Presiden dan calon Wakil Presiden diusulkan dalam 1 (satu) pasangan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik".

Meski demikian, dinamika di internal partai, cenderung calon ditentukan kekuatan ekternal partai. Artinya, bukan lagi domain tunggal dan atau hak prerogative ketua umum partai. Studi kasus penetapan nama Jokowi-JK dalam pemilu presiden 2014 bisa dijadikan referesi politik.

Diduga, Jokowi tanpa persetujuan Megawati, sedang menimbang siapa bakal capres-cawapres 2024 yang ditimangnya. Obsesinya jelas, meneruskan scenario kebijakan dan mengamankan karya monumental rintisannya selama satu dasawarsa kepemimpinannya.

Ada istilah bahwa strategi politik identik dengan permainan catur. Setiap langkah bidak catur, terkandung filosofi mendalam dengan berbagai analoginya. Tidak ada yang utama dalam permainan catur, selain kecermatan dan kesabaran.

Cara menghadapi setiap kelompok politik yang tidak setuju kebijakan dan kepemimpinannya, Jokowi dengan sangat sabar menunggu momentum yang tepat hingga cukup bukti dan saksi adanya pelanggaran tindak pidana sesuai peraturan hukum yang berlaku untuk menjeratnya.

"Bisa jadi, untuk meruntuhkan semua lawan politiknya, Jokowi mampu memahami filosofi kesabaran seorang Musashi. Musashi selalu menekankan pentingnya timing (ketepatan waktu) dan ritme dalam segala hal".

Jika melihat latar belakang profesi Jokowi, bisa jadi Sandiaga Uno dan Eric Thohir merupakan dua tokoh muda yang patut dipertimbangkan. Mengapa? Karena fenomena dunia modern yang sangat kapitalis saat ini, mengelola negara ralatif sama dengan mengelola perusahaan.

Fenomena sekarang, soal kesejahteraan dalam perspektif apapun, muara dan indikatornya berbasis material dan politik transaksional semata. Meskipun, hembusan opini publik para pialang politik, dikemas dengan issu SARA dan bahaya laten bangkitnya partai terlarang.

Kedua tokoh muda dengan sarat pengalaman dan tantangan selama berkirpah di dunia bisnis dan pernah juga mencicipi sebagai birokrat ini, relative mumpuni bisa diterima kalangan muda, emak-emak, pengusaha, dan kalangan ulama karena kesantunannya.

Pelantikan Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengagetkan para pengamat politik dengan menyayangkan kesediaannya. Mungkin ada benarnya kalau Jokowi memainkan scenario ingin menjatuhkan eksistensi Sandiaga Uno terkait prestasi kinerjanya.

Kalkulasi pengamat politik akan seketika gugur dengan jabatan Menteri paling tidak masuk akal bisa berhasil dalam situasi pandemi saat ini, jika scenario Jokowi memang sedang menguji Sandiaga Uno untuk naik kelas dan pantas sebagai kandidat Presiden 2024.

Kesediaan Sandiaga Uno bergabung kabinet Jokowi, memang menjadi teka-teki berikut tafsir politik para pengamat politik. Siapa yang "dipoliting" dan yang "mempolitiking" demi keuntungan politik masing-masing, hanya mereka berdua yang paham.

"Jokowi sedang memainkan langkah kudanya dan mengoptimalkan peran Menteri seperti permainan catur sesungguhnya. Ratu atau biasa disebut menteri yang bisa bergerak bebas kemana saja asalkan tidak ada yang menghalanginya, untuk menghabisi bidak lawan"

Kalkulasi politik Sandiaga Uno mungkin saja tepat dengan spekulasi terhadap keputusannya saat ini, setelah mempelajari dan memahami karakteristik konstituen yang pernah mendukungnya.

Mayoritas pendukung politik kelompok mana pun, cenderung cepat melupakan catatan sejarah sebelumnya, tatkala issue kesejahteraan dan praktik komunikasi politik patron dengan kelompok ulama, nasionalis dan tokoh kelompok minoritas sudah ditunaikan.

Tentu, dengan berbagai pengalaman dan prestasinya, berikut ketersediaan anggaran belanja negara, serta kesempatan bertemu dengan berbagai kelompok konstituen politik, bisa menjadi investasi politik gratis mengangkat eksistensi, popularitas, dan elektabilitasnya.

Strategi dan langkah kuda Jokowi dalam upaya menimbang dan menimang kandidat presiden 2024 pilihannya ini, bisa ditafsirkan akibat kebuntuan komunikasi politik dengan pimpinan partai tempatnya bernaung.

Kalkulasi politiknya jelas dan masuk akal, jika harus memaksakan Puan Maharani kandidatnya, sulit mendapat simpati untuk meraup suara rakyat. Popularitas lembaga legislatif yang dipimpinnya, relatif mengalami krisis kepercayaan rakyat akibat dampak pengesahan UUCK.

Andaipun mendapat sanksi organisasi partai karena ketidakpatuhannya, Jokowi sudah siap dengan gerbong baru mengoptimalkan Ormas PROJO, yang sudah berkembang dan hadir di seluruh provinsi dan kabupaten kota di Indonesia, menjadi Parpol peserta pemilu 2024.

Penyiapan kantong-kantong suara potensial telah dimatangkan dinasti politik Jokowi, melalui kemenangan anaknya Gibran dan menantunya Bobby Nasution sebagai walikota Solo dan Medan, untuk meraup suara dukungan calon presiden usungannya.

Implikasinya dengan kantong suara DKI Jakarta, karena sepak terjang Anies Baswedan sulit dikendalikan, berpotensi merusak scenario yang dirancang Jokowi, maka tidak ada pilihan cara, harus diakhiri masa pemerintahannya sebagai gubernur DKI Jakarta.

Popularitas Risma mantan Walikota Surabaya ini, diduga memang disiapkan menghadapi Anies Baswedan yang dianggap masih layak jual partai pengusungnya. Jika terpilih, tugas utamanya memastikan warga DKI Jakarta mendukung calon presiden usungan Jokowi.

Agar tidak terlalu lama menganggur dan redup popularitasnya, sebagai Mensos merupakan solusi antara. Targetnya jelas, Risma tetap eksis dengan tugas besar (1) skema penyaluran Bansos berbasis data dan format digital, (2) menutup peluang korupsi kelompok oligarki.

"Impact keberhasilan pembangunan fisik saat ini dijadikan garansi calon presiden usungan Jokowi mendapat simpati dan dukungan politik massa pemilihnya, sebagaimana Risma melakukan kepada pemenang Walikota Surabaya dalam pemilukada Desember 2020"

Amatan potret skenario politik yang sedang dimainkan Jokowi di atas, tentu memaksa para lawan politiknya untuk memutar otak cara menahan laju gerakan jokowi. Kiat ini perlu sebagai penyeimbang dalam mengawal praktik demokrasi yang sehat.

Harus disiapkan berbagai strategi politik secara cerdas dan elegan, sehingga proses pendidikan politik rakyat berbasis rasional menghindari penggunaan kata-kata pokoknya. Tidak ada cara lain selain keteladanan politisi yang dicontohkan kepada kontituen politiknya.

Penulis pun juga tidak rela, jika strategi dan langkah kuda Jokowi berupaya menjadi penentu presiden 2024 akan berakhir dengan format politik single majority dalam praktik pemerintahan ke depan, sebagaimana praktik demokrasi yang berlangsung era Orde Baru.

Salam, ....

Bahan Bacaan:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun