Bima Arya pastinya butuh dukungan untuk gerakan individual simpatiknya, memberi pengarahan dan motivasi kepada warganya, dengan berbagi pengalaman pribadinya saat menjalani masa isolasi ketika di vonis positif Covid-19. Meskipun, WHO sendiri tidak setuju konsep Herd Immunity untuk atasi corona.
Solusi melalui skenario Herd Immunity ini, akan sangat menarik jika menyimak silang pendapat Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dengan Direktur Eksekutif Kedaruratan Kesehatan WHO, Michael Ryan. Herd immunity diprediksi dapat memperlambat pandemi Corona, ketika kondisi saat sejumlah orang dalam populasi punya daya imun yang sangat baik sehingga tahan penyakit, hingga memungkinkan penyakit tidak menyebar lebih luas dan bisa ditahan.
Ide herd immunity oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte yang disampaikan dalam acara televisi itu, meski kemudian mengklarifikasinya setelah mendapat tanggapan negatif dari ahli kesehatan. Kata kunci dari skema pendekatan ini, berupaya membangun dan membentuk daya tahan tubuh dan komunitas yang lebih baik.
Sedangkan Direktur Eksekutif Kedaruratan Kesehatan WHO, Michael Ryan mengatakan “Mungkin saja negara yang kurang menerapkan langkah-langkah, tidak melakukan apapun, tiba-tiba secara ajaib akan mencapai kekebalan kawanan (herd immunity), dan tidak masalah apabila kita kehilangan orang-orang tua selama proses tersebut,”.
Herd immunity adalah salah satu alternative solusi untuk memerangi pemutusan penyebaran covid-19. Apabila yang sembuh dan sehat bersedia untuk bersatu melakukan Gerakan Herd immunity, jika perlu dengan cara berdemonstrasi dengan menyatakan diri turut membantu, maka pemerintah akan semakin percaya diri melakukan program penanganan Covid-19 dan normalisasi ekonomi masyarakat dan negara.
Ibarat permainan catur, mengorbankan menteri dengan pion demi menyelamatkan posisi raja, maka analogi itu bisa diwujudkan dengan scenario “gerakan kolektif herd immunity” dalam menyongsong “normalisasi ekonomi” dalam upaya memulihkan eksistensi negara-bangsa dan kesejahteraan warga negaranya.
Kehadiran Erick Thohir yang ditugasi menakhodai Komite Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Corona harus disambut baik dengan dukungan seluruh komponen bangsa. Menteri BUMN diberi tugas mengkoordinasi ketua satgas pemulihan ekonomi dan satgas penanganan Corona Budi Gunadi Sadikin (Wakil Menteri BUMN I), sementara Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 masih dipercayakan Doni Monardo.
Bagi yang positif Covid-19 tetap dirawat seperti biasa, dan yang meninggal karena positif Covid-19 dilakukan pulasara sesuai protap yang berlaku. Dengan demikian, setiap dua minggu akan ada manusia indonesia yg imun dengan Covid-19. Selama ini kita masih “sadar soal demografi” saja, tetapi melupakan “sadar soal potensi keberanian kolektif” yang ada pada bangsa ini.
Jika dihitung perbandingan orang yang sembuh dengan yang meninggal karena covid-19, maka hingga hari ini dapat disimpulkan jumlah yang sembuh terus meningkat dan semuanya menjadi kebal secara heriditas. Setidaknya kondisi ini bisa mengurangi anggaran pembelian vaksin yang belum ada kepastian waktu maupun jaminan kemanjurannya.
Fakta ini sebenarnya terjadi dalam keseharian pengguna commuter/KRL, angkutan umum darat, laut dan udara. Selain mereka telah berhati-hati dengan berbagai antisipasi, diduga mereka sudah sebagai carrier. Dikarenakan mereka sehat dan imunitas bagus, dan kalaupun kemudian positif Covid-19, diperkirakan banyak yang sembuh kemudian.
Jika semua hal di atas bisa dilakukan dengan seksama berbasis gotong royong dan saling percaya diri, maka negara-bangsa ini akan mampu keluar dengan segera dari masalah kehancuran peradaban.