Saat itu hatiku sungguh cemas karena uang itu adalah uang terakhir simpenanku, aku pun tidak memberi tahu orang tuaku mengenai hal ini. Dari kejadian itu aku cuma termenung memikirkan bahwa aku telah tertipu. Ingin rasanya aku berteriak sekencang kencangnya mengeluarkan semua beban yang ada tapi semua itu tak bisa aku cuma bisa bersedih menangis dan menangis di dalam kamar.Â
Mau berbagi kesedihan pun dengan siapa? Dengan teman, sahabat apakah mereka bisa dan mengerti tentang keadaanku dan membuat aku bahagia kembali. Bercerita dan membaginya kepada orang tua aku takut mereka akan sangat sedih.Â
Tidak ada yang bisa membagi perasaanku aku pendam sendiri rasanya ingin frustasi. Tanpa di duga ibu memiliki perasaan yang sama denganku meskipun ibu tidak tau apa yang di alami oleh anaknya hati seorang ibu mana yang gak sama dengan anaknya.
" Ra, sebenarnya kamu kenapa coba ceritakan semuanya pada ibu, ibu gak akan memarahimu kalau pun kamu buat salah "
" Mmm.. Tidak ada ko bu "
" Hati seorang ibu tidak bisa di bohongin meskipun yang bohong anaknya sendiri karena seorang ibu tau perasaan anaknya semenjak ia masih di dalam kandungan "
Tiba-tiba tanpa aku sadari air mataku terjatuh dan menetes membasahi pipi, Aku masih terdiam.
" Kenapa kayra menangis? "
" Haaah " (Menghapus air mata)
" Coba kayra cerita dan terbuka sama ibu pasti ibu bantu " (Menenangkan anaknya)
" (Air mata pun terjatuh kembali) Akhirnya aku menangis dengan sekencang-kencangnya di hadapan ibu meskipun aku tidak ingin menangis di hadapan ibu tapi semua itu sudah tidak bisa aku tahan lagi tiba-tiba terjatuh dengan sendirinya. "