" Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. " (Al-Baqarah:155)
Dari setelah aku menceritakan semuanya kepada ibu. Ibu selalu berdoa di tengahnya malam untuk kebahagiaan dan kesuksesan anaknya.
" Ya allah berikan petunjuk bagi anakku agar anakku dapat hidup bahagia dan meraih kesuksesan kabulkan lah segala doa hamba, Amin ya rabbal alamin " Doa ibu
Tanpa aku sadari aku melihat ibu yang sedang berdoa dalam sujudnya memohon padanya (Allah), doa yang ibu panjatkan semuanya itu untuk kebahagiaan dan kesuksesan anaknya. Aku merasa semakin tak berguna sebagai anak hanya bisa membuatnya susah. Aku menyadari bahwa  sikapku selama ini salah yang larut dalam keterpurukan karena gagal. Akhirnya aku mencoba untuk bangkit meskipun aku tahu bahwa ibu juga ikut menangis ketika melihat anaknya gagal tetapi tangisan ibu tidak pernah diperlihatkan di hadapan anaknya.
Pagi ini dengan sedikit kemampuanku aku  mencoba berjualan ya meskipun aku tau aku tak ahli dalam berdangang tapi aku ingin mencobanya. Hari pertama hanya ada beberapa orang saja yang beli dari pagi sampai sore cuma hanya ada sedikit pembeli jualanku juga masih banyak. Mungkin baru hari pertama aku jualan jadi belum banyak yang tau dengan jualanku. Hari kedua aku jualan hasilnya lumayan tidak seperti hari pertama hari-hari berikutnya dan seterusnya juga lumayan.
Tiga bulan lamanya dari kejadian itu aku menekuni dunia berdagang tapi tiba-tiba saat itu aku harus berhenti karena kekurangan modal semakin hari semakin sepi jualanku. Akhirnya aku putuskan untuk gulung tikar, disaat aku gulung tikar orang-orang yang tidak suka padaku puas menghinaku.
" Kasihan yah mimpi jadi dokter gagal, cari kerjaan gak dapet-dapet tertipu juga eh sekarang berdagang gulung tikar. Haha.."
" Udahlah mendingan kamu jadi pengangguran aja atau gak kamu nikah aja sama orang kaya "
" Kalau nikah sama orang kaya gak mau yaudah jadi pengangguran aja "
Aku hanya terdiam meskipun dalam hatiku ingin marah dan mencekik mereka-mereka yang selalu merendahkanku. Tetapi aku masih punya hati dan akal sehat tidak semua kemarahan di balas dengan kemarahan. Aku hanya berfikir bahwa semua perkataan orang-orang yang selalu merendahkanku itu sebagai cambuk buat bangkit meraih mimpi.
" Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. " (Asy-Syuuraa:43)