Pada era saat ini selain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan pada sektor ekonomi juga berkembang, adanya inovasi pada produk yang dikelola menjadi berbagai macam makanan dan minuman ini mempengaruhi gaya hidup dan pola konsumsi makanan Masyarakat. Inovasi makanan kini dikemas dengan berbagai bentuk makanan yang disebut dengan makanan cepat saji. Makanan cepat saji disebut juga dengan sebutan junkfood atau makanan yang tidak memiliki gizi. Istilah junkfood ini mengacu pada makanan yang tidak memiliki nilai gizi bagi tubuh. Mengongkonsumsi tidak hanya boros akan tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan (Pamelia, 2018) Salah satu gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan cepat saji atau junkfood adalah obesitas.Â
          Obesitas adalah suatu kondisi dimana menumpuknya jaringan lemak didalm tubuh manusia secara berlebihan yang berada diatas 120% dari berat badan realatif atau berada diatas 27 dari indeks masa tubuh (IMT) (Nurcahyo, 2015) . Obesitas menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang serius secara global. Kelebihan berat badan atau obesitas dapat menyerang semua kelompok umur tanpa terkecuali. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, kasus obesitas yang dialami anak usia 5 – 12 tahun setiap tahunya meningkat. Anak yang mengalami obesitas ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik anak, akan tetapi juga berdampak pada aspek psikologis yaitu kepercayaan diri dan interaksi sosial.Â
          fast food  atau makanan cepat saji adalah salah satu faktor yang berkontribusi dalam meningkatnya kasus obesitas pada anak. Fast food merupakan jenis makanan yang banyak mengandung kalori, lemak, dan gula yang tinggi akan tetapi rendah serta dan nutrisi. Anak – anak yang terbiasa dan sering mengkonsumsi fast food cenderung mengalami peningkatan berat badan yang lebih cepat dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang.hal ini setara dengan penelitian oleh Kaushik et al.,( 2011) yang menyatakan bahwa Konsumsi fast food juga sering tidak disertai dengan pengaturan total energi harian yang tepat, sehingga berkontribusi pada ketidakseimbangan energi yang mendorong kelebihan berat badan.
         Faktor lain yang menjadi penyebab meningkatnya obesitas pada anak yaitu pola asuh orangtua. Pola asuh orangtua menjadi faktor yang penting dalam mempengaruhi kebiasaan anak. Pola asuh orangtua yang primisif, kurangnya pengawasan terhadap asupan makanan anak menjadi penyebab anak lebih suka memilih makanan yang cepat jadi atau fast food. Pola asuh orangtua yang kurang memberikan edukasi kepada anak untuk memilah makanan yang sehat dan tidak sehat dapat memicu tingginya kasus obesitas pada anak. Sedangkan, jika pola asuh orangtua yang mendukung dengan memberikan edukasi kepada anak tentang memilah makanan sehat dan tidak sehat dapat membantu mengurangi dan mencegah meningkatnya kasus obesitas pada anak.
         Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa makanan cepat saji fast food  menjadi salah satu faktor pemicu meningkatnya obesitas pada anak. Pola asuh orangtua yang primitif tanpa memperhatikan dan tanpa memberikan edukasi kepada anak tentang makanan yang sehat dan makanan yang tidak sehat yang tidak boleh anak konsumsi ini memperburuk dan meningkatkan obesitas pada anak. Anak yang tidak mendapatkan pola asuh yang baik dari orangtuanya akan lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan cepat saji karena lebih praktis, simple dan enak karena mengandung banyak garam dan gula yang berlebih. Sehingga perlu diketahui secara lebih lanjut terkait hubungan makanan cepat saji dan pola asuh orangtua ini dalam meningkatnya obesitas pada anak sekolah dasar.
         Dengan metode studi literatur kualitatif, peneliti ini menganalisis berbagai artikel ilmiah terkait untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi obesitas anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan cepat saji, yang dikenal dengan kandungan kalori tinggi namun rendah nutrisi, menjadi salah satu penyebab utama obesitas pada anak. Anak-anak yang sering mengonsumsi makanan cepat saji tanpa pengawasan orangtua lebih rentan mengalami peningkatan berat badan yang tidak sehat. Berikut Rangkuman riset dan temuan dari berbagai penelitian yang saya temukan :
- Konsumsi makanan cepat saji yang tinggi berkaitan langsung dengan obesitas anak.
- Pola asuh orangtua yang kurang memberikan perhatian terhadap gizi anak menjadi faktor pendukung obesitas.
- Anak-anak yang mengonsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan garam, tanpa disertai pengawasan orangtua, memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibandingkan anak yang mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
1. Konsumsi Makanan Cepat Saji Pada Tingkat Obesitas Anak Sekolah Dasar
          Era globalisasi ini membawa banyak dampak, seperti diperkenalkannya bentuk dan gaya makanan fast food yang populer di Amerika dan Eropa karena menjadi makanan cepat dan praktis yang sering mereka konsumsi. Dengan adanya fast food ini menyebabhkan budaya makan berubah menjadi makan makanan yang tinggi lemak jenuh dan karbohidrat sederhana, rendah serat serta rendah gizi. Perubahan budaya makan ini dicontoh oleh orang dewasa sampai dengan anak – anak karena tergiur dengan rasa dan harga yang sesuai dengan kuantitas yang didapatkan.
         Makanan cepat saji atau fast food menjadi pilihan menu simple ketika berada dalam kesibukan. Hal ini disebabkan, karena makanan cepat saji ini pengelolaanya praktis dan cepat dengan menggunakan tenaga mesin. Makanan cepat saji atau fast food  ini banyak sekali digemari oleh anak-anak terutama anak sekolah dasar. Makanan cepat saji atau fast food  ini banyak dikonsumsi anak sekolah dasar karena rasanya yang enak, gurih, dan manis ini membuat anak menjadi ketagihan sehingga sering mengkonsumsi makanan cepat saji. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maesarah, M. dkk (2019) sebagain besar anak mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food sebanyak 3 kali seminggu dengan presentase sebanyak 52,8%. Alasan anak-anak mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food ini karena memiliki rasa yang enak sehingga meningkatkan nafsu makan mareka. Faktor penyebab tingginya frekuensi konsumsi fast food pada anak sekolah dasar adalah pengaruh dari lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
         Salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas adalah konsumsi makanan cepat saji atau fast food dalam jumlah yang besar secara berulang atau sering. Dengan mengkonsumi makanan cepat saji terlalu sering membuat badan anak akan mendapatkan asupan karbohidrat dan lemak jenuh yang menumpuk yang tidak baik bagi tubuh anak sehingga anak mengalami kelebihan berat badan. Hal ini menunjukkan bahwa makanan cepat saji tidak mengandung gizi yang lengkap karena hanya mengandung lemak jenuh dan karboidrat. Oleh karena itu, makanan cepat saji menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya obesitas yang terjadi pada anak usia sekolah dasar.
2. Pola Asuh Orangtua Dengan Kebiasaan Makan AnakÂ
            Kebiasaan makan merupakan bentuk perilaku manusia terhadap suatu makanan seperti sikap kepercayaan dalam memilih makanan untuk dikonsumsi secara berulan – ulang. Adapun faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan yaitu tingkat pendapatan orangtua, pengetahuan tentang gizi, serta sikap orangtua terhadap pentingnya kandungan gizi pada makanan. Pada usia sekolah dasar, perkembangan fisiologis, mental, intelektual dan sosial berkembang pesat. Karena pada usia ini, anak- anak membutuhkan asupn gizi yang optimal untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitasnya. Oleh karena itu, anak pada usia sekolah dasar perlu dan penting mendapatkan perhatian tentang gizi, asupan gizi yang anak yang terpenuhi dan cukup memiliki faktor yang ditentukan oleh konsumsi pangan dan kondisi keluarga yang berpengaruh terhadap status gizi anak.
            Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh salah satu faktor yaitu pola pengasuhan orangtua. Pola pengasuhan orangtua salah satunya adalah bentuk pola pengasuhan makan atau disebut parental feeding. Parental feeding  adalah perilaku orangtua yang menunjukkan orangtua memberikan pilihan makanan kepada anak dengan berbagai pertimbangan dari kadar gizi yang harus tercukupi pada usia tertentu. Apabila orangtua mempunyai edukasi tentang gizi dan kebutuhan anak yang harus dicukupi dengan memberikan pola kebiasaan makan kepada anak seperti makan 3 kali sehari dengan menu 4 sehat 5 sempurna akan jauh lebih bergizi dan sehat dibandingkan dengan makan makanan cepat saji dengan konsumsi yang sama.
           Dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan orang tua terhadap kebiasaan makan anak sangat mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada kebutuhan yang harus terpenuhi gizinya. Aapbila pola pengasuhan orangtua setiap harinya tidak memberikan bentuk pengasuhan yang acuh tak acuh terhadap kandungan gizi pada makanan yang dikonsumsi anak makan anak juga akan meneruskan kebiasaan makan makanan yang tidak bergizi karena pola asuh orangtua yang kurang baik.
3. Hubungan Makanan Cepat Saji dan Pola Asuh Orangtua Terhadap Tingkat Obesitas Anak Sekolah Dasar
            Makanan cepat saji atau fast food  menjadi salah satu makanannyang menjadi kegemaran anak – anak. Kepraktisan, rasa yang enak dan menarik serta bentuk pemasaran yang agresif membuat populer dikalangan para keluarga. Akan tetapi, mengkonsumsi makanan cepat saji yang tinggi mengakibatkan peningkatan asupan kalori, lemak jenuh, karbohidrat, gula dan natrium yang menjadi faktor risiko obesitas pada anak.Â
            Pola asuh orangtua menjadi peran penting dalam membentuk kebiasaan makan anak sejak dini. Pola suh orangtua yang primitif , dimana orangtua memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih dan makan makanan tanpa adanya pengawasan sehingga anak -anak cenderung memilih makanan cepat saji atau fast food karena sikap acuh orangtua terhadap pola makan anak. Akan tetapi, berbeda dengan pola asuh orangtua yang otoratif , pola suh yang memberikan batasan dan edukasi kepada anak terhadap makanan yang akan dikonsumsi anak dengan memberikan contoh hidup sehat dengan makan makanan sehat akan memberikan kebiasaan makan yang positif pada anak.
            Meningkatnya obesitas pada anak tidak hanya disebabkan oleh faktor makan, akan tetapi pada pola asuh orangtua. Anak – anak yang mendapatkan pola asuh orangtua secar primitif akan cenderung memilih makanan cepat saji karena sikap acuh dan kesibukan orangtua sehingga memicu obesitas pada anak. Oleh karena itu, pentingnya kesadaran orangtua terhadap pola kebiasaan makan anak-anak agar anak-anak mendapatkan asupan gizi yang seimbang dan aktivitas yang sehat sehingga dapat mengurangi tingkat obesitas yang terjadi pada anak.
kesimpulan
           Berdasarkan kajian terkait hubungan makanan cepat saji atau fast food dan pola asuh orangtua pada tingkat obesitas anak sekolah dasar merupakan dua faktor yang saling berkaitan. Memberikan pengawasan terhadap konsumsi makanan anak dengan memberikan contoh hidup sehat dengan makan makanan yang sehat dengan gizi seimbang akan berdampak positif pada kebiasaan dan pola makan anak sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya obesitas pada anak.Â
Rekomendasi
        Penelitian ini mendorong pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola makan sehat dan pengasuhan yang baik. Edukasi gizi di sekolah dan kampanye kesadaran publik dinilai dapat menjadi langkah awal untuk mengurangi prevalensi obesitas pada anak. Dengan langkah yang tepat, generasi mendatang dapat tumbuh lebih sehat dan bebas dari risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh obesitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H