Mohon tunggu...
Khusnia Agus Purwanti
Khusnia Agus Purwanti Mohon Tunggu... Guru - guru

terbuka pada ilmu pengetahuan yang memajukan pendidikan dan tertarik pada olah suara dan karya otk atik kata bak pujangga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid (Koneksi Antar Materi 2.3)

30 Maret 2023   06:50 Diperbarui: 30 Maret 2023   06:51 2244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             Kegiatan Coaching memiliki ciri khas tertentu yang menjadikan kegiatan ini berbeda dengan kegiatan pemecahan masalah yang lain. Coaching memiliki prinsip dan kompetensi inti yang mendasar yang menjadi pedoman pelaksanaannya. Prinsip coaching mencakup (1)kemitraan yang berarti adanya kesetaraan antara coach dan coachee, (2)proses kreatif yang menggambarkan sebuah kegiatan percakapan yang utuh dua arah antara coach dan coachee, memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru, dan (3)memaksimalkan potensi yakni keberadaan coach hanyalah menggali tindak lanjut dari potensi paling besar yang dimiliki coachee. Kompetensi inti yang harus dimiliki dalam coaching meliputi (1)kehadiran penuh/presence, (2)mendengarkan Aktif  mencerminkan kegiatan klarifikasi asumsi, bebas perlabelan, bebas asosiasi diri dengan tetap fokus pada coachee, (3)mengajukan pertanyaan berbobot dimana pertanyaan yang disajikan bersumber pada hasil mendengarkan aktif yakni pertanyaan menggunakan kata kunci yang didapat dari mendengarkan, pertanyaan berupa kalimat yang membantu coachee yang membuat coachee mengingat, merenung, dan merangkai fakta sehingga dapat memahami apa yang terjadi pada dirinya, pertanyaan bersifat terbuka dan eksploratif yaitu mengandung struktur kalimat terbuka, membuat coachee harus menjawab sambil berpikir, pertanyaan harus diajukan pada momen yang tepat yang berarti tidak terburu-buru dalam mengajukan pertanyaan dan ditanyakan di waktu saat coachee sudah siap memprosesnya.

             Julian Treasure memperkenalkan cara mengimplementasikan kompetensi coaching mendengarkan aktif supaya bisa menghasilkan pertanyaan berbobot yakni mendengarkan dengan RASA yang merupakan akronim dari Received(menerima), Appreciate(apresiasi), Summarize(merangkum), Ask(menanyakan). Navigasi pertanyaan dalam proses coaching disadur dari model GROW(Goal, Reality, Option, Will) yang diadopsi menjadi alur TIRTA(Tujuan, Identifikasi, Rencana, Tanggung jawab)

            Alur Tirta adalah alur percakapan coaching yang menggiring kegiatan coaching sehingga coach mampu memancing dan menggali coachee untuk menemukan sendiri akar solusi permasalahannya berdasarkan potensi yang dimilikinya dalam nuansa percakapan yang nyaman, mengalir natural, dan setara. Berikut pertanyaan-pertanyaan tahap alur TIRTA yang bisa dijadikan acuan pelaksanaan coaching:

Tujuan

  • Apa rencana pertemuan ini?
  • Apa tujuannya?
  • Apa tujuan dari pertemuan ini?
  • Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
  • Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?

Identifiksi

  • Kesempatan apa yang Bapak/Ibu miliki sekarang?
  • Dari skala 1 hingga 10, dimana posisi Bapak/Ibu sekarang dalam pencapaian tujuan Anda?
  • Apa kekuatan Bapak/Ibu dalam mencapai tujuan tersebut?
  • Peluang/kemungkinan apa yang bisa Bapak/Ibu ambil?
  • Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi Bapak/Ibu dalam meraih tujuan?
  • Apa solusinya?

Rencana aksi

  •  Apa rencana Ibu/bapak dalam mencapai tujuan?
  • Adakah prioritas?
  • Apa strategi untuk itu?
  • Bagaimana jangka waktunya?
  • Apa ukuran keberhasilan rencana aksi Bapak/Ibu?
  • Bagaimana cara Bapak/Ibu mengantisipasi gangguan?

Tanggung jawab

  • Apa komitmen Bapak/Ibu terhadap rencana aksi?
  • Siapa dan apa yang dapat membantu Bapak/Ibu dalam menjaga komitmen?
  • Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

              Kegiatan coaching dapat diterapkan oleh guru dalam membantu siswa yang mengalami permasalahan dalam proses pembelajarannya, coaching juga bisa dijadikan kegiatan pemecahan permasalahan rekan sejawat, coaching juga diharapkan mampu diterapkan kepala sekolah saat pelaksanaan supervisi terutama dalam pemberian umpan balik supaya kegiatan supervisi bisa berjalan nyaman, terarah, dan menghasilkan pengembangan kualitas coachee secara maksimal. Umpan balik dengan prinsip coaching harus memperhatikan (1)tujuan pemberian umpan balik adalah untuk membantu pengembangan diri coachee, (2)tanpa umpan balik, orang tidak akan mudah untuk berubah, (3)sesuai prinsip coaching, pemberian umpan balik tetap menjaga prinsip kemitraan, (4)selalu mulai dengan memahami pandangan/pendapat coachee. 

             Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi (1)kemitraan yakni proses kolaboratif antara supervisor dan guru, (2)konstruktif yaitu coaching bertujuan mengembangkan kompetensi individu, (3)terencana, (4)reflektif, (5)objektif dimaksudkan data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, (6)berkesinambungan, (7)komprehensif mencakup tujuan dari proses supervisi akademik. Bagian dari supervise adalah observasi pembelajaran di kelas atau disebut juga dengan supervise klinis. Kegiatan supervisi klinis berbasis coaching mempunyai ciri ciri (1)Interaksi yang bersifat kemitraan, (2)sasaran supervisi berpusat pada strategi pembelajaran atau aspek pengajaran yang hendak dikembangkan oleh guru dan disepakati bersama antara guru dan supervisor, (3)siklus supervisi klinis meliputi pra-observasi, observasi kelas, dan pasca-observasi, (4)instrumen observasi disesuaikan dengan kebutuhan, (5)objektivitas dalam data observasi, analisis dan umpan balik, (6)analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama-sama melalui percakapan guru dan supervisor, (7)menghasilkan rencana perbaikan pengembangan diri, (8)merupakan kegiatan yang berkelanjutan

Siklus dalam supervisi klinis pada umumnya meliputi 3 tahap yakni tahap pra-observasi, observasi, dan pasca observasi. Pertemuan pra-observasi merupakan percakapan yang membangun hubungan antara guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan kompetensi diri. Hal yang disampaikan meliputi (1)supervisor menyampaikan tujuan besar supervisi dan tujuan dari percakapan awal, (2)guru menyampaikan rancangan pelaksanaan pembelajaran dan menginformasikan aspek perkembangan yang hendak diobservasi, (3)supervisor dan guru menyepakati sasaran observasi, waktu kunjungan kelas dan waktu percakapan pasca-observasi, (4)supervisor menginformasikan bahwa ia akan mencatat kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas. Kegiatan observasi adalah aktivitas kunjungan kelas oleh supervisor. Aktivitas Pasca observasi merupakan percakapan supervisor dan guru terkait mengenai hasil data observasi, menganalisis data, umpan balik dan rencana pengembangan kompetensi. Proses percakapan inilah yang diharapkan dilakukan melalui kegiatan coaching dengan percakapan yang bersifat reflektif dan bertujuan untuk perbaikan pembelajaran. Tahap pasca observasi mengimplementasikan kedudukan kepala sekolah sebagai  coach bagi guru yang dalam aktivitasnya harus mengacu pada adanya rasa percaya dalam hubungan supervisor dan guru serta dalam proses supervisi akademik, guru menyadari dan memahami peran yang sedang ditunjukkan oleh kepala sekolah,peran kepala sekolah tulus dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

   Berdasarkan rangkaian materi dalam modul 1 dan 2 program guru penggerak, diharapkan seorang guru mampu menjadi pemimpin pembelajaran dan pengembang komunitas sekolah dengan selalu mengedepankan keberpihakan pada siswa di setiap lini aktivitas pendidikan. Penerapan pembelajaran berdifirensiasi, pembelajaran social emosional dan kegiatan coaching merupakan strategi jitu mengembangkan siswa dan komunitas sekolah secara utuh dari segi kognitif, psikomotor, dan afektif. Memanusiakan manusia dalam artian memberikan perlakuan pada setiap aktivitas pembelajaran di sekolah dan masyarakat menjadikan pendidikan mampu memberikan penguatan karakter bagi setiap individu sesuai dengan filosofi KHD yakni mencapai kebahagiaan setinggi tingginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun