Mohon tunggu...
Khusnia Agus Purwanti
Khusnia Agus Purwanti Mohon Tunggu... Guru - guru

terbuka pada ilmu pengetahuan yang memajukan pendidikan dan tertarik pada olah suara dan karya otk atik kata bak pujangga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid (Koneksi Antar Materi 2.3)

30 Maret 2023   06:50 Diperbarui: 30 Maret 2023   06:51 2244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

               Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa siswa adalah benih yang hendaknya disemai dalam lahan dan perlakuan yang tepat demi terciptanya kebahagiaan setinggi tingginya. Guru sebagai pengukir siswa sudah seharusnya memiliki seni pembentuk anak untuk memaksimalkan perkembangannya secara utuh. Guna merealisasikan ketepatan lahan dan perlakuan ini lah materi pada modul 2 program guru penggerak mengusung bahasan praktik pembelajaran berpihak pada murid yang sangat penting untuk dipelajari dan dijadikan pedoman dalam merencanakan pembelajaran.  Sebelum mempelajari modul 2 ini, penulis beranggapan bahwa pembelajaran yang berpihak pada murid hanya melulu berupa ice breaking, variasi metode, dan keyakinan kelas yang dibuat secara demokratis. Melalui wawasan baru pada modul 2 ini yang beresensikan berbagai macam strategi yang mencerminkan keberpihakan pembelajaran pada siswa dapat menjadi referensi bijak dlam penentuan perencanaan proses pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan siswa secara utuh.

              Pada modul 2.1 mengulas adanya pemenuhan kebutuhan siswa dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensi merupakan pembelajaran yang bertitikberat pada bagaimana pembelajaran bisa mewadahi kebutuhan anak yang berbeda beda dan tidak bisa disamaratakan. Kebutuhan murid bisa dikategorikan dalam 3 lingkup kebutuhan yaitu:

  • Kesiapan belajar yang mengacu pada the equalizer Tolimson mencakup pengelompokan berdasarkan kemamapuan awal yang dimiliki siswa diantaranya: mendasar-transformative, konkret-abstrak, sederhana-kompleks, terstruktur-terbuka, tergantung-mandiri, lambat-cepat.
  • Minat murid berdasarkana kesukaan siswa akan sesuatu dimana minat murid bisa bersifat situasional maupun karena siswa telah terlibat dalam kurun waktu lama dengan hal yang diminati tersebut.
  • Profil murid dapat diketahui  berdasarkan ciri unik yang telah dimiliki siswa misalnya dalam gaya belajar dan budaya yang telah menjadi kebiasaan kesehariannya.

              Untuk memenuhi kebutuhan murid tersebut penerapan Pembelajaran berdiferensiasi bisa dilakukan melalui 3 point yaitu  diferensiasi konten, diferensisasi proses, dan diferensiasi produk. Ketiga pembelajaran ini dapat dilakukan secara keseluruhan dalam pembelajaran, namun bisa juga diterapkan hanya beberapa point saja disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

             Pembelajaran berdiferensiiasi ini menjadikan penulis sebagai guru tertantang untuk terus mengasah kemampuan penulis dalam pelayanan pembelajaran dengan menempatkan siswa dalam situasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Memvariasikan media dalam materi pembelajaran(konten), pengelompokan siswa berdasar minat, kesiapan belajar, gaya belajarnya(proses), dan variasi penugasan yang dipilih siswa(produk) bisa dijadikan acuan implementasi pembelajaran yang berpihak kepada murid.

               Materi modul 2.2 program guru penggerak membahas seputar pembelajaran yang amat menarik yakni dengan suguhan pembelajaran sosial emosional guna menumbuhkan motivasi intrinsik dan pengelolaan diri siswa sebagai penunjang suksesnya sebuah pembelajaran. Pembelajaran sosial emosional diharapkan mampu mengembangkan 5 kompetensi sosial emosional(KSE) yang dimiliki siswa. Kompetensi sosial emosional yang diharapkan tumbuh dalam diri siswa meliputi kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

             Penerapan  kompetensi sosial emosional hendaknya dilakukan dengan kesadaran penuh(mindfullness) sehingga tercipta well being(kesejahteraan emosional) pada diri anak. Mindfullness merupakan sumber penguatan 5 kompetensi sosial emosional yang bisa dilakukan melalui kegiatan kegiatan berikut: tehnik STOP(Stop, Take a breath, Observe, Proceed), fokus pada 3 hal yang dilihat, fokus pada 3 hal yang didengar, fokus pada 3 hal yang disyukuri, menyadari perasaan yang ada tanpa memberikan penilaian, bermain musik, bernyanyi, dll. Pelaksanaan pembelajaran sosial emosioanl dapat dilakukan melalui 3 cara penyampaian, yakni dengan cara eksplisit, terintegrasi dalam pembelajaran, dan menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah. Bagi pendidik dan tenaga pendidikan, penguatan KSE bisa dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan cara memodelkan(teladan), belajar, dan berkolaborasi.

             Setelah mempelajari pembelajaran modul 2.2 program guru penggerak ini, terbersit dalam benak penulis bahwa memadukan praktik baik pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional tentunya akan menjadikan siswa berkembang secara utuh baik segi kognitif, psikomotor, dan afektif. Pembelajaran juga akan terasa lebih variatif, tepat sasaran dan menghasilkan kesejahteraan psikologis anak sehingga menjadikan pembelajaran sebagai pengalaman bermakna bagi siswa yang menggugah pengetahuan, perilaku, dan perasaannya.

              Guru sebagai pemimpin pembelajaran diharapkan mampu mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional dalam setiap kegiatan belajar mengajar di kelas. Selain itu, guru juga harus mempunyai kemampuan untuk menuntun siswanya untuk memecahkan permasalahan permasalahan pembelajaran yang dialami siswa dengan memunculkan potensi besar yang sebenarnya sudah dimiliki seorang siswa. Dalam jalinan relasi dengan rekan sejawat, seorang guru yang berkredibilitas seharusnya mampu menjadi jembatan bagi rekan rekannya untuk bertukarfikiran secara setara akan permasalahan pembelajaran yang dihadapi. Esensi modul 2.3 dalam program guru penggerak berisikan kupas tuntas Coaching untuk supervisi akademik yang menggiring cakrawala pengetahuan tentang sajian supervisi yang nyaman bagi rekan guru, dimana materi tersebut dapat mencetuskan perubahan mindset tentang supervisi selama ini. Kata supervisi bagi guru selama ini menyimbolkan suatu situasi kondisi menegangkan, serius, dan penilaian kinerja yang berjenjang antara atasan-bawahan, pakar-pembelajar, dan senior-yunior.

             Coaching dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara coach dan coachee untuk menguak solusi, dimana dalam proses coaching, coach menjembatani coachee untuk menemukan sendiri pemecahan masalahnya berdasarkan potensi yang telah dimiliki coachee dengan tahapan yang sistematis. Coaching dalam dunia pendidikan relevan dengan "Sistem Among" Ki Hadjar Dewantara yakni Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Dengan sistem among ini, kedudukan coach dan coachee bukanlah atasan dan bawahan, bukan narasumber dan pembelajar, bukan pula senior dan yunior, namun sebagai mitra yang didalamnya mencakup rasa kasih dan persaudaraan. Hal inilah yang menjadi pembeda dan keunggulan coaching disbanding dengan mentoring, konseling, fasilitasi, dan training. Coaching mengedepankan kemitraan, kesetaraan, serta tuntunan yang memancing coachee untuk menggali solusi dari potensi yang telah dimiliki.

            Seorang Coach saat melakukan coaching harus memahami dan meresapi paradigma berfikir coaching demi terrealisasinya kegiatan coaching yang baik. Paradigma tersebut meliputi: fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan bukan pada pengalaman diri coach, bersikap terbuka dan ingin tahu dalam artian seorang coach harus menggiring percakapan dengan nyaman, merepon dengan ramah setiap curahan coachee dan membuka diri untuk selalu ingin mengetahui permasalahan dan solusi yang diinginkan coachee. memiliki kesadaran diri yang kuat saat kegiatan coaching dilakukan, dan mampu melihat peluang baru dan masa depan demi terraihnya solusi terbaik yang dapat diambil oleh coachee.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun