Mohon tunggu...
khusnasafiratafrikhani22950362
khusnasafiratafrikhani22950362 Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa universitas Amikom Yogyakarta

Mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas AMIKOM Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diplomasi Bisnis dalam Strategi Pemasaran Kopi Starbucks

12 Juli 2023   11:26 Diperbarui: 12 Juli 2023   11:30 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diplomasi bisnis atau yang biasa disebut diplomasi korporat adalah kegiatan diplomasi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional untuk menyelenggarakan kegiatan bisnis secara sistematis dan profesional sehingga perusahaan dapat memastikan kelancaran operasional perusahaan asing di luar negara asalnya.

Diplomasi Indonesia dan diplomasi bisnis memiliki hubungan yang erat satu sama lain karena keduanya saling mendukung untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu mempererat hubungan ekonomi antara Indonesia dengan negara lain. Diplomasi Indonesia berkaitan dengan hubungan antara pemerintah Indonesia dengan negara lain di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya. Dalam konteks ekonomi, politik luar negeri Indonesia bertujuan untuk meningkatkan perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan negara lain dengan cara menjalin hubungan kerjasama yang baik antara pemerintah dan swasta.

Disini saya ingin menjelaskan asal-usul dan strategi pemasaran kopi Starbucks yang banyak diminati masyarakat dari berbagai negara, Starbucks merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang penjualan kopi, minuman kopi, dan musik.

Selanjutnya berikut adalah beberapa contoh bagaimana pemasaran Starbucks dapat diintegrasikan ke dalam diplomasi bisnis

1. Ekspansi Global:

Starbucks telah mengadopsi strategi ekspansi global yang ambisius. Perusahaan memasuki pasar di berbagai negara di seluruh dunia dengan membuka toko tanda tangan Starbucks. Proses ini meliputi negosiasi dengan pemerintah, mitra lokal, dan pelaku ekonomi domestik untuk mendapatkan izin, mematuhi peraturan, dan membangun kemitraan yang saling menguntungkan.

2. Kerjasama dengan pemasok lokal:

Starbucks bekerja dengan pemasok lokal untuk memasarkan produk mereka di berbagai negara. Itu berarti menegosiasikan kontrak, mencari bahan-bahan lokal, dan menyesuaikan produk dengan selera lokal. Dalam konteks diplomasi ekonomi, hal ini menciptakan hubungan yang bermanfaat dengan pihak lokal dan membantu membangun kemitraan jangka panjang.

3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/ Corporate Social Responsibility (CSR):

Starbucks dikenal karena komitmennya terhadap CSR. Mereka terlibat dalam berbagai inisiatif sosial, termasuk program pendidikan, pengembangan petani kopi dan kelestarian lingkungan. Dengan kegiatan CSR tersebut, Starbucks membangun citra positif dan mendapat dukungan dari masyarakat setempat dan pemerintah. Hal ini dapat mendukung diplomasi bisnis mereka dan membantu mempererat hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan.

4. Pemasaran Domestik:

Di negara asalnya, Starbucks juga terlibat dalam kegiatan pemasaran yang mempromosikan diplomasi ekonomi. Melalui kampanye promosi, iklan, dan kehadiran merek yang kuat, Starbucks meningkatkan pangsa pasar, menjalin kemitraan dengan pemasok lokal, dan membangun hubungan pemangku kepentingan secara nasional.

Pada tahun 1995 Starbucks masuk ke negara Jepang dan membuka gerai sebanyak 1.034 kemudian berkolaborasi dengan perusahaan lokal Jepang yaitu Sazaby Inc dengan caranya memasuki pasar Jepang untuk menentukan selera pasar di Jepang. Starbucks membuka banyak tokonya secara internal di pusat-pusat kota besar di Jepang sebagai caranya untuk mempermudah Starbucks dalam mempresentasikan produk mereka ke masyarakat Jepang. Jepang adalah negara yang sudah memiliki budaya minum teh yang sudah berkembang sejak lama dari nenek moyang mereka. Pada tahun 1888, kissaten yang merupakan kedai minuman tradisional Jepang yang juga menyediakan kopi hadir  di Jepang dan mulai di kenal oleh masyarakat terhadap sake. Jepang adalah wilayah Asia pertama yang dimasuki Starbucks dan menjadi wilayah penting dalam ekspansi di luar Amerika.

Starbucks memilih Jepang wilayah ekspansi Asia pertamanya karena filosofi yang sama antara masyarakat Jepang dan Amerika yaitu sama-sama mengkhawatirkan waktu bekerja. Alasan kedua adalah mudahnya masyarakat Jepang dalam menerima budaya baru terlebih dengan budaya barat yang mempermudah Starbucks masuk ke dalam pasar Jepang. Kemudian alasan utama mengapa Starbucks membuka tokonya di Jepang adalah tersedianya pasar yang menjanjikan peningkatan penjualan Starbucks di Jepang. Masyarakat Jepang yang semakin mengetahui produk Starbucks menjadikan produk tersebut mudah diterima oleh masyarakat dank arena Starbucks sangat mementingkan kepuasan pelanggan di Jepang dengan cara menghadirkan berbagai varian rasa baru bagi pelanggan di Jepang.

Pada dasarnya Amerika dan Jepang memiliki hubungan bilateral yang baik di berbagai bidang yang saling menguntungkan terutama pada bidang ekonomi. Hal ini mampu mempermudah perusahaan Amerika masuk kedalam pasar Jepang, di sisi lain Jepang tetap menerapkan peraturan terhadap perusahaan asing yang masuk ke negaranya.

Ternyata masuknya Starbucks ke pasar Jepang karena ingin mengembangkan budaya minum kopi atau Waves of Coffee Culture merupakan strategi yang dilakukan oleh Starbucks dalam upayanya mengembangkan budaya dengan cara mendirikan banyak toko di pusat kota Jepang, menjalin kerjasama dengan perusahaan minuman terbesar di Jepang yaitu Suntory Ltd dalam membuat inovasi produk "Starbucks Discoveries", dan melakukan varian rasa pada minuman dengan tujuan menyesuaikan selera rasa masyarakat Jepang seperti rasa teh hijau (Matcha).

Saat ini Waves of Coffee Culture sudah menyebar luas di Jepang, terbukti dengan semakin banyaknya bisnis identik yang muncul di Jepang. Yang berarti Starbucks berhasil membawa pengaruh budaya kopi ke Jepang dan menjadikan Jepang sebagai negara yang terus meningkat  dalam konsumsi kopi dan peningkatan pendapatan negara dari penjualan kopi semakin banyak peminatnya. Bahkan banyak bisnis yang mengikuti jejak Starbucks dalam upaya perluasan pasar.

Oleh : Khusna Safira Tafrikhani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun