Mohon tunggu...
Khurniawan Anwar
Khurniawan Anwar Mohon Tunggu... lainnya -

aku tahu ku takkan bisa, menjadi spt yg engkau minta\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di Sekolah Negeri Anakku Dibentak-bentak oleh Bu Guru

8 Agustus 2011   22:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Si anak tertawa geli   sewaktu saya menebak bagaimana gurunya mendamprat papan tulis ketika menenangkan murid kelas satu.

"Ooooiii... (prak prak prak)... !!" saya berteriak menirukan guru SD negeri kelas satu tempat anak saya sekolah, sambil memukul dinding tembok.

Masih terngiang si anak pernah mengeluh kenapa gurunya kasar kasar, tak seperti di TK. Kelihatannya dia kaget dengan peralihan dari guru TK yang pengasih ke guru SD negeri yang bengis.

Ia juga mengeluhkan,  saat pulang ke rumah, mengenai   pelajaran kelas satu SD negeri yang gampang-gampang.

"Saya tanya tadi bu guru, bu, kenapa pelajaran kelas satu gampang-gampang?" protesnya, karena gurunya cuma menyuruh menulis angka dan huruf secara monoton, hal yang sangat remeh  saat ia di TK.

Pertanyaan itu membuat gurunya tak suka. Dan balik menegur si anak dengan ketus.

Anak-anak kelas satu itu selalu dipanggil, 'ooii..' Didikan yang entah bagus atau tidak. Yang jelas  nyatanya nafsu belajar si anak di rumah  tak ada.

Pernah pula di rumah saya ajari dia menggambar hutan bambu. Kemudian saat di kelas dia menggambar hutan bambu itu, bu gurunya menyela:

"Kamu menyontek ya?" sinis.

Saat naik kelas dualah kami sepakat untuk memindahkan ke sekolah swasta, yang berbasis agama.

Dia senang sekali. Di sana anak-anak dipanggil 'ananda'. Bandingkan dengan panggilan 'ooii...'

"Ananda..," panggilan yang penuh kasih dan memancing siapapun untuk bersemangat beraktifitas.

Di sana juga  dia punya program menghafal juhz-juhz panjang yang saya sendiri juga tak hapal. Perhatian kasih bu guru selalu ia jadikan cerita indah saat pulang ke rumah. Ia mulai rajin belajar dan bersemangat sekolah.

Kami bayar sekolahnya perbulan, tak apa asalkan sangat bermanfaat buat si anak. Kami tak merasa perlu sekali untuk mendidik dan menambah jam belajar si anak karena di sekolah sangat penuh aktifitas. Hampir tiap minggu ada ujian evaluasi.

Yang pasti komunikasi bu guru dan orang tua apalagi dengan murid sangat intens dan tak basa-basi. Bahkan saat pembagian rapor misalnya bu guru memberitahu dan bertanya ke orang tua murid tentang perilaku si anak. Ternyata anak kami diperhatikan, begitu kesan kami.

Tak ada lagi rasa khawatir kami melepas si anak ke sekolah swasta itu, yang  manusiawi dan melegakan, tanpa ada bentak-bentakan ke anak kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun