Si anak tertawa geli  sewaktu saya menebak bagaimana gurunya mendamprat papan tulis ketika menenangkan murid kelas satu.
"Ooooiii... (prak prak prak)... !!" saya berteriak menirukan guru SD negeri kelas satu tempat anak saya sekolah, sambil memukul dinding tembok.
Masih terngiang si anak pernah mengeluh kenapa gurunya kasar kasar, tak seperti di TK. Kelihatannya dia kaget dengan peralihan dari guru TK yang pengasih ke guru SD negeri yang bengis.
Ia juga mengeluhkan,  saat pulang ke rumah, mengenai  pelajaran kelas satu SD negeri yang gampang-gampang.
"Saya tanya tadi bu guru, bu, kenapa pelajaran kelas satu gampang-gampang?" protesnya, karena gurunya cuma menyuruh menulis angka dan huruf secara monoton, hal yang sangat remeh  saat ia di TK.
Pertanyaan itu membuat gurunya tak suka. Dan balik menegur si anak dengan ketus.
Anak-anak kelas satu itu selalu dipanggil, 'ooii..' Didikan yang entah bagus atau tidak. Yang jelas  nyatanya nafsu belajar si anak di rumah  tak ada.
Pernah pula di rumah saya ajari dia menggambar hutan bambu. Kemudian saat di kelas dia menggambar hutan bambu itu, bu gurunya menyela:
"Kamu menyontek ya?" sinis.
Saat naik kelas dualah kami sepakat untuk memindahkan ke sekolah swasta, yang berbasis agama.
Dia senang sekali. Di sana anak-anak dipanggil 'ananda'. Bandingkan dengan panggilan 'ooii...'