Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Perempuan dalam Pusaran Isu Transisi Energi Adil

19 Juni 2024   00:43 Diperbarui: 19 Juni 2024   00:47 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
17 cakupan tujuan Suistainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Image: sdgs.bappenas.go.id)

Perlahan tetapi pasti, topik mengenai transisi menuju energi terbarukan (EBT) dan berbagai diksi lain dengan esensi selaras, mulai merebut perhatian khalayak luas.

Isu ini tidak selalu berdiri sendiri sebagai topik tunggal yang gagah, tetapi kerap disisipkan dalam beragam isu yang lebih luas. Bahkan, digerakkan oleh berbagai organisasi yang menaruh perhatian serupa.

Semisal, yang saya baca melalui lama web Oxfam yang menyatakan aktivitasnya, yang bersama-sama dengan kelompok perempuan dan laki-laki rentan untuk mengakhiri ketidakadilan. Dalam konteks ini, dibaca sebagai transisi energi adil.

Di tingkat dunia dan elite pemegang kebijakan, beragam pertemuan level global dan regional telah, sedang, dan akan terus berlangsung menempuh peta jalan yang telah tersusun.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan Suistainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sebagai komitmen global dan nasional dalam Sidang Umum PBB pada September 2015.

Terdapat 17 cakupan tujuan dalam upaya menyejahterakan masyarakat sebagai sasaran global menuju 2030 yang dideklarasikan negara maju maupun negara berkembang.

(1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak;

(7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10) Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan;

(12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15) Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

17 cakupan tujuan Suistainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Image: sdgs.bappenas.go.id)
17 cakupan tujuan Suistainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Image: sdgs.bappenas.go.id)

Tantangan Peran Perempuan

Di tengah lanskap menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketergantungan pada sumber energi konvensional, didapati peran perempuan yang tidak mendapatkan perhatian selayaknya.

Perempuan dan isu keberlanjutan di level kebijakan versus garda terdepan dalam kehidupan sehari-harinya, seolah dipisahkan jurang yang teramat jauh untuk dijembatani.

Fakta ini membuat kita semakin memahami apa yang diungkap laman web Oxfam sebagaimana dikutip di atas dalam kaitannya dengan transisi energi adil bagi semua.

Perempuan (dan anak-anak) adalah sosok-sosok yang paling terdampak, tetapi dalam praktik kehidupan nyata perempuan adalah figur yang paling diliputi oleh peluang memanfaatkan energi lokal.

Yessi Febrianty dalam tulisannya untuk Coaction Indonesia menyebut bahwa sektor energi kerap dianggap sebagai area lelaki. Peran perempuan kurang mendapatkan perhatian, padahal perempuan memegang peranan kunci sebagai agen perubahan.

Dalam kehidupan sehari-hari, baik di pedesaan ataupun perkotaan, pemegang "kuasa" sesungguhnya adalah perempuan.

Contoh paling sederhana dan mudah untuk disebutkan, perempuan adalah sosok yang menggunakan energi angin untuk mengeringkan pakaian seluruh anggota keluarganya.

Mungkin tampak sebagai aktivitas biasa, tetapi penggunaan energi angin secara tradisional (menjemur) merupakan adaptasi lokal yang efektif terhadap sumber daya alam yang tersedia.

Dalam kehidupan keseharian di pedesaan, tidak jarang kita jumpai perempuanlah yang menginisiasi instalasi biomassa limbah ternak untuk memproduksi gas masak di dapur mereka.

Perempuan dan kelompok rentan yang tersurat dalam laman web Oxfam semakin menjadi jelas teritama dalam kaitannya dengan transisi energi adil yang setara bagi semua.

Pada bagian lain tulisannya, Yessi Febrianty menyoroti peran besar perempuan dalam upaya efisiensi energi dan pengurangan emisi skala rumah. Misalkan saja, menghemat penggunaan listrik, air, hingga limbah rumah tangga.

Berdasarkan aspek akses terhadap energi terbarukan, perempuan selayaknya mendapatkan porsi yang setara dengan yang didapatkan oleh lelaki; baik dalam hal akses terhadap informasi maupun teknologi.

Sebagai misal akses terhadap informasi, sebaiknya perempuan mendapat perihal mengenai jenis energi yang sesuai dengan kebutuhannya.

Demikian pula dengan akses terhadap teknologi, perempuan akan mengkontribusikan peran yang jauh lebih besar, terutama dalam aspek efisiensi dan transisi energi.

Menurut Yessi Febrianty, terdapat korelasi yang kuat antara besaran akses dan keterlibatan perempuan dalam transisi energi. Dengan demikian, semakin banyak perempuan lain yang tergerak dalam mendukung transisi energi.

Dalam bahasa lain mengenai transisi energi adil sebagaimana dinarasikan di laman web Oxfam, sebagai aksi kampanye agar "suara orang-orang miskin dapat memengaruhi keputusan lokal dan global".

Penjelasan sederhana mengenai bias gender dalam masyarakat Indonesia (Image: Retno Dhamayanti, pendidikan-sosiologi.fishipol.uny.ac.id)
Penjelasan sederhana mengenai bias gender dalam masyarakat Indonesia (Image: Retno Dhamayanti, pendidikan-sosiologi.fishipol.uny.ac.id)

Situasi Indonesia Terkini

Ego Syahrial, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM webinar Aksi Perempuan Muda Mendorong Transisi Energi, mengungkapkan terobosan Kementerian ESDM dalam melibatkan perempuan dalam program transisi energi.

Kontribusi perempuan ini akan terus ditingkatkan dalam transisi energi adil seiring kebijakan pemerintah dalam menerapkan dimensi gender.

Melalui perhatian pada pemberdayaan perempuan ini, maka akan membangun sektor energi dan sumber daya mineral yang lebih inkusif di masa depan.

Ego Syahrial menyebut bahwa berbagai program Kementerian ESDM Patriot Energi dan Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya atau GERILYA yang melibatkan orang muda, lebih dari 30% di antaranya diikuti perempuan.

Kini perempuan mendapat tempat di pos-pos penting, termasuk di Kementerian ESDM. "Setidaknya ada 11 perempuan yang mengisi posisi Direktur atau eselon 2, dari total 55 unit eselon 2 di Kementerian ESDM," jelas Ego Syahrial.

Seiring dengan hal tersebut, pegawai perempuan telah meningkat dari 23% menjadi 28% dalam 10 tahun. Ditjen EBTKE adalah unit dengan jumlah perempuan sebagai pegawai terbanyak mencapai sekitar 35%.

Peran perempuan juga termasuk di level masyarakat secara praktis, misalnya mengembangkan dan advokasi energi terbarukan, gaya hidup yang hemat energi, dan turut dalam mengambil keputusan pengelolaan energi.

Langkah ini kiranya semakin disegerakan mengingat, dalam narasi Oxfam, "memberdayakan perempuan dan anak perempuan di Indonesia agar mereka dapat berpartisipasi dalam semua aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya dalam kehidupan mereka. Termasuk proses transisi energi adil. (*)

Sumber:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun