Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film Pendek "Gilingan" Ersya Ruswandono, Jalan Kreatif di Antara Kota dan Desa

31 Januari 2024   11:54 Diperbarui: 1 Februari 2024   02:35 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film pendek Gilingan karya Ersya Ruswandono (Image: Akun Instagram @ersyarwd)

Laras bersikukuh untuk tetap bertahan di kampung halaman keluarga mereka ini. Meskipun tidak tahu harus bagaimana memulainya, ia ingin bertahan dan memenuhi wasiat ayahnya untuk melanjutkan bisnis penggilingan padi.

Apa perasaan tidak terima di dalam diri Laras atas situasi yang ada saat ini. Ia tidak ingin usaha peninggalan ayahnya ini digilas oleh kedatangan para pebisnis penggilingan padi ilegal yang mulai tampak merajalela.

Fenomena pangan

Bukan fenomena baru dan bukan pula narasi perbincangan baru. Sudah sejak lama Indonesia ditengarai sedang menghadapi krisis petani muda. Atau, orang-orang muda yang memberi perhatian serius pada sektor pertanian.

Pertanian memang adalah tulang punggung utama ketahanan pangan Indonesia. Namun dalam realitanya para petani muda menghadapi tantangan yang menciutkan nyali. Banyak faktor turut memengaruhi, mulai dari akses permodalan hingga pemanfaatan teknologi.

Dalam skala dunia, Organisasi Pangan Dunia atau FAO membuat prediksi tentang kecukupan kebutuhan pangan. Menurut badan Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, produksi pangan pada 2050 mesti tumbuh 70 persen dibandingkan dengan 2009.

Pertanian adalah sektor yang menentukan ketahanan pangan di masa depan. Namun, realitas sektor pertanian menghadapi persoalan khas. Petaninya semakin menua, sementara orang muda tidak tertarik untuk terlibat.

Regenerasi petani tidak serta-merta berlangsung begitu saja. Butuh waktu untuk menggugah anak-anak muda. Sebelum kemudian mengajak mereka untuk mau bersusah payah mengolah tanah dan menanti panen.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase orang muda di usia 16-30 tahun yang bekerja di sektor pertanian, mengalami penurunan dari angka 20,79 persen pada 2017 menjadi 18 persen pada 2022 (Kompas, 11/3/2023).

Per Agustus 2022, masih menurut data tersebut, dari 135,3 juta penduduk yang bekerja, ada sekitar 28,61 persen yang bekerja di sektor pertanian. Angka ini memposisikan pertanian sebagai sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja.

Data BPS juga menunjukkan bahwa dari 38,703 juta tenaga kerja yang berkecimpung di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, ada 25,645 juta orang (66,26 persen) berlatar pendidikan Sekolah Dasar (SD). Adapun yang tamat perguruan tinggi hanya 636.398 orang, tak lebih dari 1,64 persen.

Fenomena milenial

Dalam sebuah Poadcast belum lama berselang, terjalin banyak percakapan menarik terkait hal ini. Podcast tersebut menjadi menarik sebab menghadirkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun