Jumlah ini agak menurun bila dibanding tahun 2020, yakni 64.211 kasus. Namun demikian, angka ini masih sangat tinggi apabila dibandingkan tahun 2019 dengan jumlah 23.126 pernikahan anak.
"Tren yang memprihatinkan ini terus berlanjut meskipun pemerintah telah mengamandemen Undang-Undang Perkawinan pada 2019, yang menaikkan usia minimum pernikahan menjadi 19 tahun bagi perempuan dan laki-laki," tulis Kumparan.
Potret pernikahan dini di Papua
Wahana Visi Indonesia (WVI) memaparkan sekitar 24,71 persen anak di Papua menikah di bawah umur 19 tahun. WVI bahkan mencatat ada anak yang menikah di usia 10 tahun. Demikian pemberitaan cnnindonesia.com pada 15 Sep 2021.
Di kabupaten Asmat, angka pernikahan usia dini hampir mendekati 30 persen. Asmat menjadi daerah dengan angka tertinggi, kemudian disusul Jayapura sekitar 21,87 persen, Jayawijaya 18,23 persen, dan Biak Numfor 17,93 persen.
"Anak dianggap sebagai jawaban untuk keluar dari problem kemiskinan yang ada," tutur Agustinus Agung, salah satu peneliti WVI. Ada anggapan dari para orang tua bahwa menikahkan anak dapat menjadi solusi bagi permasalahan ekonomi.
WVI juga mendapati persentase yang tinggi pada kehamilan anak di bawah umur. Ia menyebut sebanyak 28,57 anak di Asmat pernah hamil. Sementara di Jayawijaya, jumlah anak yang hamil di bawah umur mencapai 20,65 persen, di Biak Numfor 17,94 persen, dan Jayapura 17,46 persen.
Sementara itu papua.tribunnews.com pada 8 Agustus 2022 memberitakan pernikahan dini di Kabupaten Merauke, melejit setiap tahunnya. Tahun lalu, tercatat sebanyak 900-an usia remaja melakukan pernikahan usia dini.
"Data tahun ini saya tidak hafal, namun pernikahan dini di Merauke memang tinggi. Ada 900-an orang melakukan pernikahan dini satu tahun kemarin," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Merauke, Delsiana Gebze kepada wartawan di Hotel Care Inn, Senin (8/8/2022).
"Data itu dari KUA terbanyak pernikahan dini terjadi di wilayah eks transmigrasi. Belum ada dari gereja dan Capil, saya yakin penduduk lokal pasti ada. Hanya secara data belum dilaporkan," ujarnya.
Banyak faktor menjadi penyebab pernikahan dini di Merauke. "Pertama, penyebabnya karena di beberapa wilayah eks transmigrasi mereka bilang melepaskan tanggung jawab ekonomi kepada anak," katanya.