Kelompok-kelompok warga berkesadaran ini mulai muncul di mana-mana. Berbasis daerah atau wilayah tertentu hingga berbasiskan komunitas dengan keprihatinan yang sama. Salah satu yang patut kita amati dan jadikan percontohan adalah kegiatan positif yang berlangsung di Warakas.
Di Kampung Berseri Astra (KBA) Warakas di Jakarta Utara ada denyut yang berbeda. Di sini lazim dijumpai warga dengan riang tanpa perasaan terbebani, secara rutin membawa sampah menuju tempat yang selayaknya. Di KBA Warakas bank sampah berkembang dengan baik.
Melalui cerita Bu Wulan selaku penggerak KBA Warakas, kita pun tahu bahwa warga, tak segan-segan memilih-milah apa yang disebut sampah. Di lingkungan KBA Warakas bukanlah pemandangan asing jika dijumpai ibu-ibu membawa botol-botol plastik bekas.
Membentuk Kebiasaan Diteguhkan Apresiasi
Memulainya tentulah tidak akan segampang apa yang kita lihat saat ini. Ibu Wulan tak bosan dan lelah mengajak ibu-ibu dan warga secara umum untuk ajek berbuat dan membentuk kebiasaan yang baik itu.
Kegiatan menyortir sampah, termasuk jenis sampah plastik, sebagai kegiatan yang tampak sepele, dibuat menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini kemudian diperteguh dengan memberikan apresiasi (reward) berubah imbalan yang tidak besar tetapi cukup memadai secara rupiah.
Ini berlaku juga dengan sampah-sampah lain, yang bisa menghasilkan kompos atau produk sederhana bernilai tambah. Dengan demikian masyarakat terlibat sedari dini untuk turut berpartisipasi mengelola sampah sebelum produk buangan itu mencapai TPA.
Sampah-sampah rumahan yang terkumpul bisa berupa aneka botol, kaleng, kardus, tutup botol, gelas plastik, dan lain-lain. Sampah-sampah anorganik yang mereka bawa tersebut, tercatat dalam buku tabungan Bank Sampah.
Sejak 2020 kegiatan persampahan di KBA Warakas berkembang dengan baik. Rukun Tetangga (RT) yang terlihat dalam kegiatan pemilahan sampah terus bertambah. Mereka bisa melihat hasil nyata dari kegiatan edukatif ini bukan hanya berupa lingkungan yang lebih sehat, tetapi juga mendapatkan imbalan yang lumayan.