Di belahan dunia lain, Shanty yang asal Padang, Sumatra Barat, merantau ke Jakarta dan terbang ke negeri Tirai Bambu. Pernikahan membawanya selama 15 tahun di sana, dan saat ini menetap di Dandong, Liaoning, bersama keluarga.
Darah dagang dan memasaknya menemukan jalan lain, ketika kisaran dua bulan lalu ia mulai berjualan di tepi jalan. Mula-mula berpindah-pindah dalam satu hari, hanya untuk mencari keramaian pengunjung.
Menggunakan food truck, yang kini telah keren tampilannya, Shanty di dukung suami dan adik iparnya. Hingga saya mengetikkan tulisannya, hampir 70 video kegiatannya berjualan diunggah ke kanal YouTube pribadinya, @SHANTY-DI-CHINA Aktivitasnya ini sempat viral diberitakan media di Indonesia.
Shanty menjual apa saja dengan spirit memperkenalkan makanan dan minuman khas Indonesia. Ia tak segan-segan membagikan jualannya secara gratis untuk dicicipi. Ketika orang-orang jatuh cinta pada olahan tangannya, mereka membeli dengan antusias dan membayar melalui ponsel dengan melakukan scan pada stiker barcode.
Shanty tidak sendiri. Ada Yenny asal Pontianak di Hebei dengan kanal @YENNYDICHINA dan Tika @tikaweixundichina asal Lombok di Hunan yang juga memperkenalkan kuliner Indonesia dan mendapat respons antusias. Mereka tidak berdomisi di kota besar.
Sebagai ilustrasi, Rudy Chen yang asal Medan pemilik kanal YouTube @rudychen_china menempuh perjalanan 300 km dari Beijing untuk menemui Yenny. Ia sampai di kota Shijiazhuang, ibukota provinsi Hebei, lalu ditambah 52 km ke Kabupaten Zhoa dan 10 km menuju Desa Quxizhang.
Ketiga perempuan tangguh asal Indonesia memiliki kesamaan dalam aktivitasnya ini. Mereka tidak dipusingkan dengan urusan pembayaran. Inklusi keuangan yang luas, transformasi dan melek digital yang telah jauh merambah hingga perdesaan, menjadi impian setiap pelaku UMKM yang hendak naik kelas dan go global.
Ekonomi Digital Indonesia dan UMKM
Ekonomi digital Indonesia tumbuh mencapai 40 persen dari pangsa pasar Asia Tenggara. Indonesia tampil sebagai pemain utama di kawasan ASEAN. Potensinya masih sangat besar. Pada 2025, nilai pasar ekonomi digital Indonesia diprediksi 130 miliar dolar AS dan menjadi 315 miliar dolar AS pada 2030. Demikian disampaikan Presiden Jokowi dalam sambutan pembukaan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2023.
Menurut Presiden, pengembangan konektivitas sistem pembayaran dan ekonomi keuangan di kawasan ASEAN mendesak untuk terus diperkuat. Salah satu penerapan nyatanya adalah pembayaran menggunakan metode pindai standar respons cepat Indonesia/QRIS antarnegara di Asia Tenggara. Alhasil, Bank Indonesia sudah bekerja sama konkret dengan Thailand dan Malaysia, menyusul lainnya.