Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kisah dari Jogja UMKM Bersama BRI Bertransformasi Terus Tumbuh dan Semakin Tangguh

21 Desember 2022   23:45 Diperbarui: 22 Desember 2022   00:11 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nanang Irawan dan Mulat Jatiningrum bersama di pameran (Foto: Istimewa)

Di rentang panjang semenjak zaman bedil sundut (1895) hingga era kekinian, Bank Rakyat Indonesia (BRI) bukan saja tak lekang oleh waktu. HUT127BRI menandai transformasi tiada henti, tumbuh dan tangguh, mewujud bank terbesar di Indonesia. Bersisian, menggamit UMKM dari panggung Pesta Rakyat Simpedes hingga BRILiaN Fest, melalui laku BRIPahlawanFinansial melahirkan para BRILianpreneur Indonesia.

LANGKAH saya terhenti, berserobok seorang perempuan yang menyapa dan menawarkan sesuatu. Pendar sepasang matanya menyiratkan adanya senyum ramah dari balik masker yang dikenakannya.

Perempuan yang kemudian saya kenal bernama Mulat Jatiningrum ini, menyodorkan bungkusan plastik yang terbuka. Di dalamnya, terbungkus dalam plastik-plastik kecil, sesuatu yang tampak sebagai keripik.

"Ini apa?" tanya saya, dan terkesiap saat tahu benda yang saya pegang adalah keripik ikan Lele. Kami pun bercakap panjang di depan gerai tempat ia berpameran. Mal yang saya kunjungi itu sedang mengadakan event bertajuk "Pasar Oleh-Oleh" yang berlangsung hingga Januari 2023.

Kisah dari Jogja: Transformasi UMKM Lele

Percakapan saya dengan Nanang Irawan, suami Mulat Jatiningrum, dalam hitungan hari kemudian, melengkapi kisah ini. Semuanya bermula dari Sidoarjo, Jawa Timur. Pasangan suami istri ini bekerja di perusahaan berbeda di kawasan industri di sana. Jika Nanang banyak berkecimpung di urusan produk, maka sang istri menggeluti dunia pemasaran.

Namun, di tengah kesibukan kerja, ada panggilan untuk kembali ke Yogyakarta. Mereka bergulat dengan pertimbangan keluarga. Lalu, pada lima tahun yang lalu, tekad itu bulat. Di Jogja mereka menempati rumah almarhum orangtua beserta tambak.

Mereka mulai beternak Lele sebagai mata pencarian. Namun upaya ini tidak bertahan lama, sebab masa panen Lele terlalu lama (tiga bulan). Modal yang cekak menjadi kendala utama.

Berbekal pelatihan semasa di Sidoarjo, Nanang mulai mengolah daging Lele. Ikan Lele yang telah dibersihkan, diberi bumbu, kemudian dikemas sebagai produk beku (frozen). Mula-mula ditawarkan dan dititipkan di kawasan Kabupaten Bantul (DIY), sebelum kemudian meluas hingga kota Yogyakarta.

LESIGOR, Lele Siap Goreng (Foto: Istimewa)
LESIGOR, Lele Siap Goreng (Foto: Istimewa)

Tantangan naik level tiba saat produk diberi nama LESIGOR (Lele Siap Goreng) ini harus mengajukan perizinan ke BPOM. Mereka harus "membangun" ruang produksi untuk ditinjau kelayakannya. Tak kuat di biaya, mereka putar otak hingga bertekad mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke BRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun