Tak disangka, semua urusan KUR berlangsung dengan lancar. Pinjaman sebesar 35 juta dengan tenor 5 tahun terwujud dalam hitungan seminggu. Sudah begitu, bunganya pun rendah. KUR ini sangat memadai untuk kelancaran usaha hingga kini.
Kini "Lele Siap Goreng" telah mampu mengolah 100 kg Lele setiap minggu. Lapak jual pun kian meluas, terutama merambah ke area kota Yogyakarta. Mereka pun sangat terbuka berelasi dengan Dinas Perikanan, Dinas Koperasi, dan Dinas Perdagangan.
Dalam kesabaran menanti pelunasan KUR yang sedang berjalan, terjadi pengembangan produk yang tak disangka. Disebabkan kesulitan untuk mengikuti pameran dengan produk Lele beku, Nanang Irawan tak kekurangan akal. Lahirlah produk kedua berupa keripik ikan Lele.
"Usia produk ini sangat baru, sekitar tiga bulan lalu," ujarnya. Mula-mula dalam tampilan sederhana, hanya diplastik. Ini rupanya menjadi kendala. Ia ditolak untuk mengikuti pameran resmi dari dinas.
Tak berputus asa, sejumlah syarat diusahakan untuk dipenuhi. Alhasil, pameran yang saya kunjungi ini adalah pameran pertama yang tampil sesuai standard dinas dan lolos dalam kurasi manajemen mal. Mereka pun memberi nama "Tonjo" untuk keripik ini.
Sumiati Jembatan Akses BRI dan Klaster Bakpia Pathuk Sumekar
Ini kisah lain, tentang seorang ibu yang menggeluti Bakpia Pathuk, oleh-oleh khas Jogja sekaligus sebagai produk warisan budaya. Cerita Sumiati bisa Anda saksikan dalam video pendek di kanal YouTube Bank BRI dengan tajuk "Inspirasi Sukses - Klaster Bakpia Sumekar".
Tapak jalan Sumiati menjumpai Bank Rakyat Indonesia (BRI) punya kisah berbeda. Ringkas cerita, Sumiati dkk memulai usaha bakpia di tahun 1990 dan masuk dalam Klaster Bakpia Pathuk Sumekar, Desa Sanggrahan Pathuk, Yogyakarya, pada 2021.
Pada masa krisis moneter 1997/98, usahanya sempat terpuruk. Namun, ia bisa bangkit lagi. Kehadiran usahanya kini mampu menyerap dan membantu kesejahteraan tenaga kerja yang datang dari wilayah Bantul, Gunungkidul, dan kota Yogyakarta.