Terlihat jelas, Superhero berkasta lebih tinggi dari Hero gara-gara elemen-elemen di luar kelaziman manusia. Namun, setelah menonton atau membaca cukup banyak kisah-kisah Superhero, saya pun tahu. Superhero hanya ada apabila ada kehadiran si Superjahat.
Nah, dalam lanskap cerita yang "super" seperti itu, maka si Superhero sebenarnya kan hanyalah menjadi Hero. Itu sih perspektif saya. Sesederhana itu. Bahkan, saya sempat menyelutuk soal film Avengers, yang tokohnya bejibun itu. "Ah, Superhero kok beraninya main keroyok sih."
Saya juga tidak mengerti, bagaimana bisa seorang Superhero bisa beralih posisi menjadi villain. Di dunia Marvel misalnya, terdapat daftar 7 sosok. Mereka adalah (1) Cyclops, salah satu pendiri X-Men. (2) Captain America yang tergabung di Avengers. (3) Iron Man setelah sihir pembalik karakter dari Scarlet Witch.
Lalu ada (4) Mister Fantastic, salah satu pendiri sekaligus anggota Fantastic Four, dalam kisah alternatifnya. Ia jadi jahat setelah ditolak oleh Sue Storm (Invisible Woman). (5) Punisher dalam cerita "Punisher Kills The Marvel Universe". (6) Scarlet Witch, gara-gara cintanya kepada kedua anaknya. Dan, (7) Spider-Man, kala benaknya dikuasai Doctor Octopus.
Pada Akhirnya Superhero Juga Manusia
Jadi, Superhero itu gimana sih? Itu sekelumit pertanyaan saya sebagai "orang bodoh". Namun sebagai perenungan, saya ingin memberikan spoiler jawaban saya sebagai "orang agak pintar". Bahwa, siapa pun dia yang Hero di dunia Super, di hadapan tukang cerita, terutama dunia film yang memiliki pakem-pakem bagaimana membuat skenario yang baik agar sukses, mereka juga manusia--yang wajib manusiawi.
Iron Man menegaskan melalui salah satu bagian dari ucapannya, yang menarik untuk dikutipkan di sini: "Heroes are made by the path they choose, not the powers they are graced with."
Oleh sebab "Superhero juga manusia" itulah yang membuat sutradara Christopher Nolan masih disebut-sebut sebagai pembesut trilogi Batman (Batman Begins, The Dark Knight, The Dark Knight Rises) terbaik sepanjang masa. Menapak di jejak kemanusiaan itu juga mencuat di Batman versi sutradara Matt Reeves. Robert Pattinson kerap menampilkan ekspresi depresif dan butuh healing ke Bali.
"What is a superhero?" tanya Aldis Hodge. Ia menjawabnya, "They're supposed to represent hope, opportunity, and strength for everybody."
Tidak menjadi penting kita manusia biasa atau seorang Superhero. Yang terpenting adalah kita selayaknya senantiasa pada kesempatannya, menjadi Hero--pahlawan dalam arti luas. Sebab, Anda akan menemukan formula lazim ini pada semua Superhero. Bahwa mereka beranjak dari seorang pecundang yang terdalam sebelum menyandang atribut termulia.
Bukankah ini terdengar sangat Anda dan saya?