Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Nenek Zero Emissions, Roma Tak Dibangun Dalam Semalam

24 Oktober 2021   22:26 Diperbarui: 24 Oktober 2021   23:03 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jeff Bezos perlu menjadi orang terkaya sebelum mengorbit di angkasa selama 10 menit dan 10 detik dan membuat pernyataan terkait Net-Zero Emissions bahwa bumi itu rapuh.

"Alam adalah sumber pendukung kehidupan kita dan itu rapuh. Saya diingatkan tentang hal ini pada bulan Juli ini ketika saya pergi ke luar angkasa dengan Blue Origin," ujarnya. "Saya pernah mendengar bahwa melihat Bumi dari luar angkasa [akan] mengubah sudut pandang seseorang tentang dunia ...."

Nenek saya tidak pernah mengenyam bangku sekolah dan tak pernah mendirikan perusahaan. Namun sejak berbilang tahun lampau, ia tahu cara mengapresiasi bumi sebelum menjadi tren.

Sepanjang usia, Nenek mengenakan Cheongsam jahitan sendiri. Tidak mewah seperti di medsos. Cheongsam Nenek, klasik minimalis. Alias berkain polos harga murah. Semasa kecil, saya paling suka melihatnya membuat kancing.

Kancing, dalam wawasan anak milenial, terbuat dari plastik keras. Juga, bahan-bahan sintetis seperti seluloid, gelas, logam, dan bakelit. Atau, bahan-bahan alami seperti tanduk, tulang, gading, kerang, kayu."

Bagi saya, kancing baju Cheongsam adalah sebuah keajaiban. Bagaimana dengan sisa kain pipih bisa di-untel-untel dan berfungsi.
Jika Cheongsam Nenek rapuh, ia disulap menjadi apa-apa. Misalnya, jadi sapu tangan. Bagian-bagian tidak tertolong, menjadi tatakan piring atau cempal.

Proses daur ulang pakaian bisa menjadi cerita panjang. Setiap baju menempuh jalan diwariskan. Lalu, berubah bentuk (remake). Hingga berakhir dibarterkan dengan palawija.

Saya suka menyaksikan ini! Kerap hadir Mbok dengan pikulan berat. Sambil ndlosor terjadi tawar-menawar. Baju bekas ditakar dengan "kurs" literan—baik untuk beras, kacang tanah, atau lainnya. Sesekali bertukar telur ayam kampung.

Peristiwa "lantai bursa perdagangan" ini membuat saya mencicipi wasasan tentang ekonomi barter. Itulah insights saya memahami filosofi, "Kalau kamu miskin belilah barang yang berkualitas". Agar panjang usianya dan punya nilai hingga akhir.

Saya juga belajar membuka amplop surat. Bukan mencurigainya sebagai "surat beracun". Melainkan agar rapi. Setiap amplop akan dilipat balik dan digunakan ulang guna membalas surat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun