Jambul Nanas itu unik--sebagaimana saya gambarkan sebelumnya. Mirip jambul rambut manusia. Bisa dipakaikan kacamata hitam agar keren. Pas banget bila ditaruh diterik mentari di tepi pantai untuk menemani Anda yang jomblo saat berjemur.
Jambul ini, bila Anda potong, jangan dibuang. Anda bisa merendamnya di air. Dia  bisa tumbuh lagi--mengeluarkan sulur-sulur kehidupan baru. Trik dan tips untuk melakukannya, cukup sederhana. Dengan menusukkan empat lidi sebagai penahan agar jambul ini bisa berdiri saat Anda mencelupnya ke air. Saya pernah menontonnya di video tentang tanam-nenanam. Seru juga!
Bukankah ini adalah prinsip sustainable, kesinambungan? Keren banget! Saya belum terlalu lama menyadari prinsip ini dianut oleh Nanas.
5. Filosofi Harmoni Keberbedaan
Pernah melihat Nanas utuh yang dikelupas? Dia membentuk pola yang teratur pada tubuhnya. Diagonal rapi, kan? Seolah hendak memberi tahu kita bahwa dalam segala hal "tidak selalu harus sama" atau disamakan. Dia tampil berbeda. Namun, tetap dalam koridor keselarasan yang indah untuk dipandang.
Pola di tubuh Nanas saat dikupas, memberi kita pembelajaran bahwa "berbeda itu enggak apa-apa" kok. Asalkan yang konstruktif. Bukan dalam kesengajaan amburadul yang fatalistis dan bikin ambyar.
* * *
Itu lima filosofi sederhana utama yang diinspirasikan oleh buah Nanas. Tidak sulit untuk memahaminya. Tidak butuh ilmu khusus untuk menghayatinya. Saking biasa atau lumrahnya, kondisi dirinya yang khas ini bahkan sering (selalu?) luput dari perhatian kita. Siapa sangka ada kerangka pembelajaran buat manusia.
Begitulah sharing ini. Telisik ringan ini, hanya ringan-ringan saja. Mudah untuk dipahami dan diresapi. Dan tentunya, mudah pula untuk menjadi pemantik inspirasi dalam menempuh perjalanan hidup. Kiranya dapat memperkaya batin Anda--selain beroleh nutrisi sehat dari buah ini. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H