Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Filosofi Nanas

3 Agustus 2021   02:14 Diperbarui: 9 Agustus 2021   01:09 2264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buah Nanas siap jual di supermarket (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Nanas kekinian juga unik. Untuk menjamin kualitas yang prima, ada sertifikatnya. Namanya, Good Agricultural Practices (G.A.P). Diberikan kepada produk-produk pertanian yang sudah menjalankan proses produksi yang benar. Ini mengikuti standar agrikultur yang diminta dunia.

Nanas yang mengenakan label sertifikat G.A.P harus melewati serangkaian daftar pengecekan. Ini berbasis praktik agrikuktur yang baik. Dia harus memenuhi empat kondisi yang dikehendaki, yaitu: food safety, hygiene, traceability (dapat dilacak), dan workers safety and welfare. Agak ribet? Iya, sih. Namun itu demi kepentingan kita sebagai konsumen juga.

Selain itu, ada Nanas yang dipanggil dengan nama Honi. Hm, menilik pengucapannya, saya merasa bisa saja nama ini bermutasi dari kata dalam bahasa Inggris "Honey" ;) Boleh juga dipanggil dengan sebutan kesayangan ini, sebab Honi termasuk Nanas dengan mutu kelas dunia. Jenis buah ini marak dalam perdagangan buah tropis di dunia. Kehadirannya meragamkan jenis Nanas yang ada di Indonesia.

Kualitas Tepercaya

Nanas bagi saya termasuk sosok yang tongkrongannya keren. Bagian dari sederetan buah yang prima untuk dikonsumsi. Sudah pasti menjadi pilihan tepercaya bagi kalangan mana saja. 

Apalagi di masa pandemi ini, tiba-tiba sebagai manusia, saya ikut dihenyak kenyataan. Muncul kesadaran akan pola hidup sehat, dengan asupan makanan yang sehat pula--termasuk keharusan untuk mengonsumsi secara rutin.

Ada pakar yang bilang, sebenarnya kita tak perlu heboh dan panik berebutan beli vitamin produksi pabrik. Semakin ludes, semakin membuat panik masyarakat. Dan, tentu saja, bermuara pada harga jual yang membubung. 

Tubuh kita, katanya, bisa dicukupi dengan asupan buah yang alami. Jika disertai manajemen tubuh yang berimbang, kebutuhan vitamin dalam tubuh kita sudah memadai.

Iya, sih. Saya lalu teringat pada kisah penciptaan alam semesta di kitab suci. Ketika Sang Kreator mencipta, ia membentuk ekosistem terlebih dahulu. Selain fenomena alam, disediakan pula fauna, serta flora. Di dalam kategori flora ini, yang tumbuh menjejak bumi, ada sayur-mayur dan buah-buahan. Ekosistem ini diciptakan mendahului penciptaan manusia.

Namun berkisah tentang Nanas, selain saya santap, juga kerap saya isengi. Izinkan saya berbagi cerita tentang ini, di sini.

Perjalanan saya mengkonsumsi buah ini sudah cukup panjang. Semenjak kecil hingga dewasa kini, sejak di kampung yang agak rural hingga kini di kota. Setiap kali memandang sosoknya, benak saya sering diinggapi percikan "liar" dan bertanya-tanya. Seolah menggugat keunikannya.

Pada sosoknya, buah Nanas atau Ananas comosus, memberi kita inspirasi. Semacam filosofi yang patut menuntun kita pada insights untuk melakoni hidup. Sebut saja ini adalah "Filosofi Nanas".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun