Kolaborasi kedua melalui sajian bertajuk Catur Gaia yang sangat unik. Penampilan ini melibatkan musisi-musisi dunia dengan beragam alat musik tradisional dari negara mereka masing-masing. Tantangan untuk berkolaborasi ini yang ditawarkan melalui KBRI di berbagai negara, danmendapat respons antusias dari musisi 10 negara.
Sambutan positif dan antusias ini tampak di layar diekspresikan melalui komentar-komentar yang tertera.
Jejak ke Jejak
Lanskap Sound of Borobudur kini kian terbentang lebar. Ia bergerak dari ranah respons pribadi sosok Trie Utami, Dewa Budjana, dan Purwa Tjaraka, menuju skala dunia dengan spirit sebagai gerakan (movement) yang lintas bangsa.
Bermula dari kegelisahan Trie Utami yang ia gambarkan sebagai "menempuh jalan sunyi" selama berbulan-bulan (2016). Lalu, bagaimana ia memaksa Dewa Budjana untuk menjadi mitra berbagi "masalah". Tak urung kemudian keduanya membutuhkan dan memeroleh dukungan dari Purwa Tjaraka.
Dukungan komunitas pun datang sejak awal dan memekar. Mulai dari Jaringan Kampung Nusantara, Omah Mbudur, Gubernur Jawa Tengah, hingga mencapai "kehadiran negara" melalui dukungan Kemenparekraf yang bergiat mengusung Wonderful Indonesia!
Semua rentang itu beriringan dengan proses yang bisa disebut sebagai kerja untuk "mewujudkan dan membunyikan gambar". Hingga pada berproses tahap lanjut bagaimana membuat alat musik berbasis relief di Candi Borobudur.
Pada akhirnya, Yayasan Padma Sada Svargantara menjadi rumah resmi Sound of Borobudur. Dimulai gerakan ini yang kian terhubung dan membangun landasan akademik. Semua itu memperkuat premis Borobudur pusat musik dunia.
Acara konferensi internasional pada 24 Juni 2021 ini menjadi momentum titik ungkit Sound of Borobudur ke level lain. Setelah menjangkau bangsa (baca: nusantara), kemudian bergerak ke bangsa-bangsa--melalui keterlibatan musisi 10 negara dalam kolaborasi Catur Gaia.
Mas Menteri mengaku terharu saat lagu "Indonesia Pusaka" mengalun diiringi beragam alat musik tradisional. "Merinding saya. Merinding banget dan sedikit waktu Dewa Budjana bawain lagu kebanggaan kita semua, ya brebes mili (haru) juga, sedih, di tengah pandemi kita bisa menghayati kekayaan luhur bangsa kita," ungkapnya.