Sang neonatus Sound of Borobudur itu, kini telah menjelma sosok remaja. Titimangsa pekan lalu (24 Juni 2021) seolah tanda hitung bagi usianya untuk memasuki fase akil balig. Balkondes Karangrejo di kawasan Borobudur menjadi saksi. Itulah perayaan yang menggaungkan Borobudur Pusat Musik Dunia yang mengibarkan decak Wondertul Indonesia!
Musisi berasal dari 10 negara dan para pakar dari berbagai latar keilmuan dan kompetensi, mempertebal lanskap pencapaian Sound of Borobudur sebagai sebuah gerakan yang melampaui sekat-sekat bangsa.
Konferensi internasional itu menyandang tajuk "MUSICoverNATIONS: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik". Digelar hybrid, daring dan luring, event ini berhasil menghadirkan para tokoh dengan kiprah karya yang tak diragukan--akademisi, praktisi, dan etnomusikologi.
Acara yang disiarkan melalui Zoom dan kanal YouTube Harian Kompas, Sound of Borobudur, dan Kemenparekraf ini dibuka dengan serangkaian sambutan dan penguatan atas gerakan ini. Turut berbagian adalah Menparekraf Sandiaga S Uno, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Pengampu Utama Yayasan Padma Sada Svagantara Purwa Tjaraka.
Sesi Pertama, menjadi ajang untuk merangkai kembali keterhubungan antarbangsa melalui alat musik yang terpahat di relief Candi Borobudur. Tiga penyampai materi didahului oleh Prof. Emerita Margaret Kartomi, Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia.
Lalu, tampil maestro musik Addie MS--sosok yang tak lain adalah pendiri Twilite Orchestra, dengan kompetensi teruji sebagai pianis, pencipta lagu, komponis, arranger, dan produser musik.
Kesempatan ketiga diisi oleh Tantowi Yahya, yang mengibarkan Wonderful Indonesia melalui musik di kawasan Pasifik. Diplomasi musik menjadi langkah strategis Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Selandia Baru, Samoa, Tonga, Cook Islands, dan Niue; dan Duta Besar Keliling untuk Wilayah Pasifik ini.
Paparan Sesi Pertama bisa Anda nikmati secara lengkap melalui video YouTube di bawah ini:
Sesi Kedua, mengupas tentang bagaimana membangun Sound Destination sebagai destinasi baru, dan mengimplementasikan Borobudur sebagai warisan yang harus dikerjakan oleh berbagai pihak.
Diskusi paruh kedua ini menyajikan paparan dari Prof. DR. M. Baiquni MA--seorang pakar geografi pembangunan, pendiri Sustainable Tourism Action Research Society, dan mantan Ketua Program Magister Kajian Pariwisata Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pakar kedua yang berbicara adalah Dr. Muhammad Amin, S.Sn., M.Sn, MA. Beliau adalah akademisi sekaligus birokrat. Saat ini memangku jabatan di Kemenparekraf sebagai Direktur Musik, Direktur Industri Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan.