Mereka menjalani dinamika yang "berbeda tetapi mirip". Polanya, mudah dikenali. Di sisi guru, sejumlah problem adaptasi datang bergelombang. Di sisi murid, serenceng kendala mengadang.
Genre Segmen Anak Muda
Dalam laju kamera di dua linimasa, kedua karakter tokoh utama ini dipertemukan lebih sebuah buku diary peninggalan (atau tertinggal?) milik Ann. Buku ini sekaligus semacam panduan bagi Song untuk tak menyerah pada keadaan.
Di dalam saling-silang berbagi rasa lewat diary ini, mereka perlahan merasakan semaian perasaan saling suka. Maka, lengkaplah genre yang membungkus film ini, yaitu Romance Comedy (Romcom).
Di sinilah perbedaan film ini dari Laskar Pelangi. Tidak ada obsesi untuk menghadirkan motivasi, inspirasi, wejangan, atau sejenisnya untuk mengobok-obok kalbu agar menjadi film genre lain.
Genre Romcom dan karakter tokoh yang dihadirkan mempertegas film ini menyasar segmen anak muda. Pasar yang sama dengan para Guru Muda dalam program Indonesia Mengajar.
Sampai di sini, saya kemudian bergumam. Mengapa bukan insan perfilman kita yang menggarap film semacam ini? Yang ceritanya tidak berpretensi berat, melainkan cair dan menyesap ke dalam hati terdalam.
Nilai Edukatif
Pisau opini Anda mungkin akan membedah tajam. Bahwa nilai edukatif film ini, terasa minim. Sebab, yaitu tadi, tanpa pretensi menjadi "film promosi pendidikan". Yang dikejar-kejar "harus berbobot tinggi".