Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berlipat Ganda Kecewa dengan Layanan Citilink QG947

26 Mei 2016   01:49 Diperbarui: 27 Mei 2016   02:25 5455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang kemudian saya temukan? Ah, karena sudah menjadi kebiasaan dalam memperlakukan buku dan majalah, maka tindak pertama saya yang sudah menjadi kebiasaan mendarah daging adalah memeriksa edisi terbit. Dan, mengejutkan, ternyata di tangan saya adalah “Linkers” edisi April 2016! Enggak percaya, coba simak foto di bawah ini.

Linkers, majalah Citilink (Foto: @angtekkhun)
Linkers, majalah Citilink (Foto: @angtekkhun)
Linkers edisi April 2016 (Foto: @angtekkhun)
Linkers edisi April 2016 (Foto: @angtekkhun)
Lecek sana-sini tampak kumuh (Foto: @angtekkhun)
Lecek sana-sini tampak kumuh (Foto: @angtekkhun)
Kejutan berikut yang tak kalah serunya adalah di depan wajah saya bertengger permen karet bekas menempel mantap dengan aroma yang semriwing lewat di hidung saya. Saya bisa saja bertahan selama penerbangan dengan selamat, tetapi saya sadar ini bukanlah standar kebersihan sebuah airlines. Oleh karena itu, saat awak kabin mulai berkurang kesibukannya dan pas seorang pramugari lewat, saya bertanya sopan, “Mbak, ini bisa tolong dibersihkan?” Saya menunjuk ke arah objek tersebut. Mbak Pramugari berlalu dan menyuruh pramugara bernama Gunawan untuk menghampiri saya. Dengan selembar tisu kering, Mas Gunawan berterus-terang, “Ini sulit dihilangkan Pak. Apakah Bapak bersedia pindah ke kursi nomor 27?”

Permen karet bekas, tampak jorok (Foto: @angtekkhun)
Permen karet bekas, tampak jorok (Foto: @angtekkhun)
Setelah mempertimbangkan beberapa hal, saya menolak untuk diajak pindah dan menerima kenyataan yang disampaikan oleh Mas Gunawan bahwa permen karet itu tidak bisa dibersihkan secara tuntas.

Beralih ke momen lain, saya ingin menutupnya dengan keunikan terakhir. Ketika tiba saatnya para awak kabin memeragakan tindak keselamatan, seorang pramugari berdiri tak jauh dari kursi 24D. Dengan santai ia meletakkan semua alat peraga tersebut di lantai pesawat. Drama babak pertama berlangsung. Tiba-tiba dengar suara lengking. Awak kabin yang membacakan petunjuk, berhenti lalu kemudian melanjutkan. Drama babak pertama terulang lagi. Suara lengkingan kembali terdengar. Kali ini pramugari di dekat kursi saya dengan sigap berjalan ke belakang. Entah untuk melakukan apa. Namun yang pasti, onggokan alat peraga yang ditinggalkan di lantai begitu saja, menjadi objek menarik untuk saya foto. Hasilnya? Lihatlah foto di header tulisan ini.

* * *

Membaca profil perusahaan di website Citilink, tercantum dengan gagah subbagian yang bertajuk “Brand yang telah banyak meraih penghargaan”. Tercantum dengan jelas pernyatan, “Citilink menempatkan kepuasan pelanggan di atas segalanya. Sebagai bukti keberhasilan ... Citilink telah meraih beberapa penghargaan antara lain...” Dengan menaruh percaya pada pernyataan ini, saya berharap apa yang saya alami ini hanya terjadi dalam penerbangan GQ947 dan hanya pernah terjadi satu kali.

Pernyataan (profil) perusahaan (Foto: @angtekkhun)
Pernyataan (profil) perusahaan (Foto: @angtekkhun)
Saya menuliskan ini dengan berat hati dan setelah mempertimbangkannya selama hampir tiga hari, bukan dengan maksud untuk mencemarkan nama baik Citilink. Sebaliknya, agar semua yang terjadi ini menjadi umpan balik dan informasi dari bawah kepada manajemen dan pemangku kepentingan untuk mempertahankan kinerja baik Citilink serta tidak lalai melakukan Quality Control (QC).

Demikian, kiranya berkenan.­

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun