Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Freelancer - Content Strategist

Sedang memburu senja dan menikmati bahagia di sini dan di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terima Kasih Boediono

23 Oktober 2014   16:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:00 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rasanya tidak adil apabila tidak ada hashtag #terimakasihBoediono dalam daftar Trending Topic yang mendunia.

Paragraf di atas saya tuliskan bukan karena saya fans Prof. Dr. H. Boediono, M.Ec., mantan Wakil Presiden ke-11 Republik Indonesia. Jelas pula saya bukan relawan atau tim sukses Pak Boed, meskipun saya terharu menonton wawancara beliau di KompasTV dengan Rosianna Silalahi beberapa waktu sebelum beliau menjadi "mantan". Karena Pak Boed bukanlah seorang politisi. Perawakannya mempertegas, dari dulu hingga sekarang, beliau adalah seorang guru.

Bahwa beliau orang pintar, saya tak pernah ragu. Sejumlah jabatan penting pernah dilakoni dosen UGM ini. Antara lain bisa dicatat: Gubernur Bank Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.

Bahwa beliau berhasil dalam pendidikan, saya juga tidak ragu. Bachelor of Economics (Hons.) diraihnya dari Universitas Western Australia. Lalu, Master of Economics diperolehnya dari Universitas Monash. Kemudian gelar S3 (Ph.D.) dari Wharton School, Universitas Pennsylvania.

Namun, saya terasa lebih "mengenal" beliau justru lewat sebuah kisah kecil berumur lama tentang Ibu Herawati, pendamping setia dan supir pribadi yang terbaik bagi Pak Boed. Kisah ini diceritakan secara pribadi kepada kami oleh seorang ibu yang alm. suaminya adalah mantan "orang" Bank Indonesia.

Pada masa itu, entahlah saat ini, PKK adalah kelompok ibu-ibu pejabat yang aktif berkegiatan dan trampil menunjukkan gengsi. Telinga, jari, leher, dan pergelangan tangan adalah galeri berjalan untuk memeragakan anting, cincin, kalung, dan gelang mewah dan mahal.

Lalu, apa yang terjadi saat Pak Boed menjabat Gubernur BI? Ibu Herawati otomatis menjadi orang nomor wahid di PKK. Dan, bagaimana penampilan Ibu Herawati? Ternyata tidak ada galeri berjalan pada dirinya. Perlahan dan dengan perasaan malu, ibu-ibu pejabat itu mulai melepas peraga mewah yang melekat pada tubuhnya dalam setiap acara yang melibatkan Ibu Gubernur ini.

Ini memang hanya sebuah kisah kecil dan sudah berumur lama, tapi bermakna amat dalam setidaknya bagi saya pribadi dalam mengingat sosok pasangan ini. Namun kisah ini selaras bila kita ingin menyoroti hidup keseharian Pak Boed. "Talk less, do more. Serve people with humble," demikian tweet @FslRsyd dengan hashtag #TerimakasihBoediono

"Work hard in silence, serve people with humble. It was a pleasure having you as a vp, god bless you @boediono," tweet ‏@Anisalysfr juga dengan hashtag #TerimakasihBoediono. Bahkan, @oliviaherlinda menulis dengan tanpa ragu, "I would happily say #TerimakasihBoediono rather than to another one."

* * *

Dalam rapat paripurna dengan agenda pelantikan presiden terpilih, Ketua MPR Zulkifli Hasan memuji sejumlah kebijakan SBY selama memimpin Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir. SBY dinilai berhasil membawa sejumlah perubahan dan perbaikan bagi kesejahteraan publik. Pada bidang ekonomi, misalnya, Zulkifli menyebut SBY berhasil meningkatkan APBN. Dalam sepuluh tahun terakhir, pendapatan per kapita penduduk Indonesia naik menjadi 3,5 kali lipat.

Tanpa mengurangi hormat kepada mantan presiden SBY dan menko serta menteri terkait lainnya, dalam mata awam saya melihat Boediono-lah Sang Master di balik layar.

Pak Boed mungkin adalah wapres paling dicerca sebagai wapres yang tidak "bekerja". Tidak pernah menjadi newsmaker, jarang keluyuran, dan tak pernah gebrak sana-sini, beliau seolah hanya ngendon manis makan gaji buta di Istana Wakil Presiden dan rumah dinas. Bahkan, sempat berkembang dugaan bahwa posisi wapres diberikan kepada beliau tak lebih dari semacam "hadiah" belaka.

Namun, sejak awal saya menaruh praduga, di kantor wapres-lah perekonomian Indonesia dibangun, dikontrol, dan ditumbuhkan. Bukan di tempat lain. Dan, apabila melibatkan kerja tim, Pak Boed-lah sang dirijen. Bukan orang lain. (Mohon koreksi apabila praduga saya ini tidak benar.)

Sejatinya, Pak Boed sudah mendahului Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat Plt Gubernur DKI ini mengutarakan bahwa sejak kampanye tugasnya adalah menjadikan Jokowi berhasil, memposisikan diri sebagai staf pribadi Jokowi yang paling dipercaya, dan yang dapat poin adalah Jokowi karena aktor utama cuma satu.

Tentu masih segar dalam ingatan kita bagaimana cara Pak Boed berpisah pada tanggal 20 Oktober lalu. Bukan beliau yang menyambut Jusuf Kalla, melainkan sebaliknya Pak Boed-lah yang bertandang ke Istana Wakil Presiden dan disambut oleh Jusuf Kalla.

Sejak awal, hingga akhir, Pak Boed sudah di posisi itu. Posisi yang diungkap oleh Ahok secara lugas.

Pada saat-saat terakhir, kerendahan hatinya belum juga luntur. Beliau dengan lugas memuji sambutan rakyat untuk pasangan Jokowi-JK. Saya kutipkan penggalan yang ditulis harian Kompas (huruf tebal dari saya):

Mantan Wakil Presiden Boediono mengaku kagum atas antusiasme masyarakat yang menyambut kehadiran Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019, Senin (20/10/2014).
Menurut dia, sambutan yang diberikan masyarakat pada hari ini lebih meriah daripada sambutan warga ketika dirinya dilantik dulu bersama Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009.


Talk less, do more? Serve people with humble? Work hard in silence? Tiada kata lain: Saya sepakat! Dan untuk terakhir kalinya, saya ingin menuliskan hashtag ini di sini: #terimakasihBoediono []

Rujukan:
Boediono - Wikipedia bahasa Indonesia
Pidato Pelantikan, Ketua MPR Puji Keberhasilan SBY
Ahok: Sejak Kampanye, Tugas Saya Buat Jokowi Sukses
Tiba di Istana Wapres, Boediono Disambut JK
Boediono Anggap Luar Biasa Sambutan Rakyat terhadap Jokowi-JK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun