Pertukaran Pelajar
Program pertukaran pelajar marak diketemukan bagi pelajar pelajar Indonesia dewasa ini. Pertukaran pelajar pun banyak bentuknya, mulai dari pemberian beasiswa penuh untuk melanjutkan sekolah di luar negeri, pemberian beasiswa untuk melakukan riset di luar negeri, ataupun pertukaran pelajar dalam rangka seminar ataupun majelis ilmu dalam berbagai macam bentuk. Banyak lembaga pemerintahan, melalui Kementrian Pemuda dan Olahraga misalnya, ataupun melalui lembaga non pemerintah semisal Bina Antarbudaya juga memfasilitasi anak bangsa ini supaya bisa mengikuti pertukaran pelajar.
Terlebih lagi bepergian ke luar negeri sudah bukan menjadi hal yang mustahil bagi kebanyakan kalangan. Hal ini tentu berbeda jauh dengan keadaan di Indonesia beberapa tahun yang lalu. Berdasarkan sumber Ikatan Konsultan Pendidikan Internasional Indonesia, terdapat 50 ribu pelajar Indonesia yang belajar ke luar negeri pada 2012 dengan tren pertumbuhan sekitar 20 persen setiap tahun. Oleh karenanya bisa dipastikan bahwa di tahun 2015 saja sudah terjadi peningkatan jumlah pelajar di luar negeri yang cukup signifikan.
Pertukaran pelajar sendiri bisa dikategorikan dengan berbagai misi yang dibawanya. Mulai dari pertukaran budaya, melanjutkan studi, unjuk karya berbagai macam bangsa hingga saling belajar ataupun studi banding mengenai suatu ilmu pengetahuan.Â
Namun yang pasti terjadi adalah ketika berbagai macam suku bangsa saling bertemu dengan identitasnya masing masing, maka corak yang lalu terlihat adalah budaya dari latar belakang tempat tinggalnya yang lalu menjadi keunikan dari seorang pribadi. Jadi secara tidak langsung yang terjadi adalah pertukaran budaya pasti terjadi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi pel*a*jar n anak sekolah (terutama pd sekolah dasar dan sekolah lanjutan); anak didik; murid; siswa. Dalam hal ini pelajar  menjadi subyek pertukaran karena pelajar merupakan batu yang masih bisa diasah dan dibentuk. Nantinya besar harapan para pelajar tersebut akan bisa bertumbuh menjadi pemimpin penerus estafet keberlangsungan hidup suatu bangsa.
Ribuan pelajar setiap tahunnya pergi ke luar negeri. Namun yang lebih mendasar adalah sekembalinya dari luar negeri tadi, justru mereka memiliki tanggung jawab yang lebih dalam berkontribusi kepada bangsa.Â
Adapun rasio ribuan tersebut berbanding dengan jumlah penduduk Indonesia 237.556.363 (sensus tahun 2010) menunjukkan bahwa walaupun angka pelajar yang ke luar negeri meningkat setiap tahunnya namun jumlah tersebut masih sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia.
Program pertukaran memang sangat bagus untuk bentuk studi banding, namun alangkah baiknya bila program ini bisa terkawal dengan baik. Baik terkait keluaran pelajar yang keluar negeri harus dengan misi yang jelas.Â
Sehingga program pertukaran pelajar juga bukan hanya asal bisa ke luar negeri namun juga terpenuhi kepentingan yang diinginkan dan terprogram dengan baik. Adapun terkait dengan masukan, adalah pelajar yang sepulangnya dari luar negeri akan bisa berbuat lebih untuk lingkungan sekitarnya.
Apalah bedanya pertukaran pelajar dengan jalan-jalan ke luar negeri jika dampaknya tidak bisa dirasakan langsung oleh lingkup kecil ataupun orang orang di sekitarnya yang berada di Indonesia.
Budaya Menulis
Pada dasarnya belajar dari bangsa lain itu perlu adanya namun harus benar benar kita pilah dan pilih manakah yang seharusnya kita serap. Sebagaimana kita tahu ada pula nilai-nilai yang tidak akan bersesuaian jika kita terapkan pada Indonesia yang notabene adalah bangsa yang menjujung adat ketimuran. Namun jikalah itu budaya baik seperti halnya budaya bersih dan menghargai waktu maka akan sangat perlu kita serap pembelajarannya.
Sebelum beranjak lebih jauh, menilik terlebih dahulu bahwasannya di Indonesia keadaan pendidikan memang belum merata. Hal ini bisa dirasakan secara langsung ketika Ujian Nasional dilaksanakan. Ketika hanya satu standar yang dipergunakan sebagai pembanding bagi tingkat pendidikan di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Sehingga sesungguhnya bangsa ini masih sangat perlu belajar.Â
Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami perombakan berkali yang menandakan bahwa sesungguhnya kita masih perlu mencari pola yang pas bagi keadaan pendidikan bangsa ini.
Selain itu tidak seharusnya kita lupa bahwa sebenarnya bangsa Indonesia sendiri masih banyak memiliki nilai nilai budaya yang belum digali. Ada banyak hal di dalam negeri yang perlu kita kerjakan dan selesaikan.Â
Salah satu contoh sederhana adalah budaya menulis yang rasanya masih sangat kurang pada bangsa ini. Sebagai contohnya adalah peninggalan masa lalu. Bangsa yang besar memiliki beberapa catatan sejarah yang ditinggalkan. Tentu saja tidak terlepas dari budaya menulis dari bangsa tersebut. Jika bangsa tersebut gemar menulis, dengan kata lain budaya bangsa tersebut akan terabadikan sehingga nantinya bisa dibaca oleh anak cucu kita nanti.
Lebih jauh mengenai budaya menulis sesungguhnya menunjukkan seberapa bagus peradaban suatu bangsa. Jadi dari pertukaran budaya yang bisa ditekankan adalah tentang bagaimana bangsa Indonesia bisa belajar untuk menulis dengan baik.Â
Cukup dengan sederhana yakni untuk tujuan belajar menulis kita mengirimkan generasi terbaik bangsa ini ke luar negeri. Dengan harapan nantinya bisa kembali ke Indonesia dengan membawa ilmu yang tak hanya untuk pribadi, namun juga berguna bagi lingkungan sekitarnya.
Melalui pertukaran budaya, maka tujuannya adalah untuk belajar menulis. Demi pendidikan Indonesia yang jauh lebih baik. Sederhana memang, tapi kelak pasti manfaatnya akan dirasakan oleh kita semua. Setidaknya bangsa Indonesia takkan lekang oleh zaman. Itu sudah.
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah
(Rumah Kaca, h. 352)" Â Pramoedya Ananta Toer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H