Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Waedah, Pedagang Ikan Panggang Bersahaja

22 Agustus 2020   14:27 Diperbarui: 25 Agustus 2020   12:09 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah baru Waedah, hasil jerih payahnya. Dokpri.

Ia hanya berfikir, mungkin itu semua belum rezekinya. Sesekali ia juga dengan ikhlas menghutangi mereka yang memang membutuhkan ikan asapnya. Seperti ceritanya. Suatu saat pernah ada seorang ibu yang menginginkan ikan asapnya guna lauk di rumah, namun ia tak memiliki uang. Waedah pun dengan ikhlas menghutangi bahkan memberikannya dengan cuma-cuma.

Kesadarannya untuk berbagi dengan sesama tumbuh karena peristiwa yang tak terlupakan. Dahulu, Waedah mengakui bahwa dirinya berjualan tanpa mengenal waktu. Pundi-pundi rupiah didapatnya penuh kemudahan. Namun tiba-tiba suatu penyakit menimpanya. Hingga akhirnya, seorang dokter memvonis dirinya agar  dioperasi dengan biaya yang cukup besar. Sakit-sakitan, kolesterol tinggi, tak bergairah, tak nyaman, begitulah kondisinya saat itu.

Sampai pada suatu saat, ia dipertemukan dengan seorang kakek tua yang tak sengaja duduk disampingnya, satu angkot. Kakek tua yang tak dikenal itu, tiba-tiba memberikan nasehat kepada Waedah "Nok, koen kiye wong apik. Tulung ya Nok, yen dagangan kuwe emut sing 10 persene. Yen bisa bagekna karo sing mbutuhna. Terus wetenge koen sering dibersihi ya..." (Mbak, kamu itu orag baik. Tolong, kalau berjualan itu ingat dengan yang 10 persennya. Kalau bisa bagikanlah kepada yang membutuhkan. Dan ingat, sering-seringlah perutmu kau bersihi (puasa).

Sejak saat itu, wejangan dari kakek tua yang tak ia kenal itu, seolah meresap begitu dalam dan membukakan mata hati Waedah. Waedah semakin rajin beribadah dan menyisihkan 10 persen dari hasil keuntungannya untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Ia juga mulai rajin berpuasa. Dan ajibnya, ketekunan ibadahnya ternyata menghantarkan suaminya juga turut rajin ibadah, terutama berpuasa. Padahal ibadah puasa adalah sesuatu yang berat bagi sebagian nelayan atau para pencari ikan.

Sungguh kelembutan hati seorang Waedah patut menjadi teladan kita semua. Warpinah sebagai juragan ikan atau bosnya pun mengiyakan akan kelembutan hati dan perangai baik, seorang Waedah. "Waedah kuwe wonge apik, lumeh. Kae, bakal kemutan terus karo wong sing wis gawe apik karo deweke" (Waedah itu orang yang baik, ramah, suka memberi. Dia akan selalu ingat kepada orang-orang yang pernah berbuat baik kepadanya).

Imam Chumedi, KBC-28

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun