Kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok di bulan suci Ramadan rasanya sudah bukan menjadi hal yang aneh lagi bagi masyarakat Indonesia. Naiknya harga beberapa komoditi utama, baik di pasar tradisional maupun supermarket sudah dianggap sebagai suatu kewajaran. Semua itu dikarenakan meningkatnya konsumsi masyarakat akan bahan-bahan pokok tersebut guna berbuka dan bersantap sahur.
Tak hanya itu, di Ramadan ini juga banyak penjual musiman yang membuat masakan atau makanan tertentu yang kadang tidak dijumpai di selain Ramadan. Makanan tersebut membutuhkan cukup banyak bahan pokok, yang mengakibatkan pembelian atau permintaan bahan pokok cukup tinggi.Â
Harga pun merangkak ikut naik, seiring kelangkaan barang. Kenaikan ini pun sudah disadari masyarakat sedari jelang Ramdan hingga Idul Fitri tiba nanti. Maka tak heran bila bahan-bahan pokok pangan pun mengalami kenaikan harga yang cukup berarti, bahkan terkadang naik meroket.
Kenaikan beberapa bahan pokok pangan itu sudah diprediksi oleh masyarakat kita, terutama oleh para ibu rumah tangga. Terlebih di tengah pandemi Corona seperti sekarang ini.Â
Produksi dan distribusi hasil panen tentu sedikit terhambat, yang akhirnya berpengaruh pada meningkatnya biaya opersional dan akomodasi. Belum lagi faktor cuaca yang terkadang mengakibatkan kurang maksimalnya hasil panen. Seperti komoditi bawang merah, bawang putih, cabe, kentang dan hasil pertanian lainnya.
Dalam kondisi semacam ini biasanya ada beberapa oknum yang menanfaatkannya, dengan menyetok, menimbun komoditi tertentu dengan jumlah yang sangat besar bahkan memainkan harga pasar.Â
Pemerintah harus hadir ditengah kesulitan masyarakat, apalagi di tengah pandemi Corona yang tengah menimpa. Memang, untuk meraup keuntungan, terkadang ada diantara kita yang menghalalkan segala cara, baik dengan menimbun atau memainkan harga pasaran. Ironi, di tengah pandemi serta bulan yang suci, masih saja ada yang tak memakai nurani.
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tiap bulan, Program Keluarga Harapan (yang disalurkan tiap bulan selama 9 bulan, efek Covid-19) serta Bantuan Tunai Langsung (BLT) serta operasi pasar adalah bukti usaha pemerintah mengendalikan harga serta menjamin kesejahteraan warganya di tengah pandemi.Â
Namun, sederet bansos itu tak bisa menjamin kecukupan warga akan kebutuhan bahan-bahan pokok pangan. Ditambah sikap konsumtif masyarakat kita yang tidak bisa dipungkiri lagi.Â
Karena semua, laku terjual, ada harganya. Â Semisal, komoditi bawang merah. Penjual membaginya beragam, ada yang kelas super, ada yang kelas sedang, bahkan ada yang kelas biasa saja.Â