Mohon tunggu...
khumaediimam
khumaediimam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Atau Mati.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ramadan, Kurma, dan Falsafah Jawa

23 April 2020   15:02 Diperbarui: 23 April 2020   15:46 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada kalanya ungkapan syukur secara dhohir yakni bil lisan. Mulut kita mengucapkan kalaimat hamdalah. Dan yang terpenting adalah syukur bil arkan. Syukur yang diejawantahkan dalam bentuk melaksanakan berbagai perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Inilah sejatinya syukur. Syukur patut kita haturkan kehadirat Allah SWT. Di tengah pandemi Corona ini, kita masih diberikan umur panjang, diberi kesehatan dan kesempatan yang berharga, untuk kembali lagi menemui bulan suci Ramadhan. 

Menunaikan ibadah puasa, menggapai pahala dan berkah. Sungguh Tak semua orang memiliki kesempatan emas ini. Maka sudah selayaknya kita sebagai makhluk yang dhoif ini senanatiasa mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, terutama dengan beribadah dan mengagungkan bulan suci Ramadhan ini. 

Syukur yang tak terkira juga kita panjatkan kehadirat-Nya. Meski beberapa kegiatan kita dibatasi untuk tak berkerumun. Tapi kita masih bisa beribadah, menggapai pahala dan berkah Ramadhan dari bilik-bilik rumah kita masing-masing. Allah Maha Melihat, Allah Maha tahu derajat ibadah para hambanya. Karena bentuk syukur itu tak harus disaksikan oleh orang banyak, tetapi syukur sejatinya lahir dari keikhlasan dan kesadaran diri sang hamba.

Kedua, Nrima. Menerima dalam konteks ini bukan berarti menerima apa adanya, tanpa ikhtiar atau usaha. Ramadhan di tengah pandemi Corona menjadi ujian berharga bagi umat Islam. 

Kita dituntut untuk bisa menerima keadaan (qonaah) dengan tanpa abai pada usaha. Kita wajib berkhusnudhon atau berprasangka baik dan menerima keadaan puasa kita kali ini. Semua pasti ada hikmahnya. 

Sikap nrima adalah bentuk sikap yang sulit dan berat. Karena pada dasarnya manusia akan mengelak, brontak ketika dihadapakan pada situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan keinginannya, atau di luar kebiasaan. 

Oleh karena itu mengilhami buah Kurma, hari ini, di bulan suci ini, perbanyaklah sikap menerima keadaan, menerima kenyataan (nrimo kahananan) .

Sikap menerima juga harus kita tanamkan ditengah pandemi Corona ini yang begitu menyulitkan ekonomi kita. Pemberian Bantuan Tunai Langsung kepada masyarakat tentu akan mengoyak-ngoyak sikap nrima bagi masyarakat yang tidak mendapatkannya. 

Apalagi di tengah pelaksanan ibadah puasa yang seharusnya mampu mengekang segala bentuk hawa nafsu. Emosi, iri, dan kesenjangan sosial pun sudah mulai tersumbar. Sungguh cobaan yang begitu berat bagi bangsa  ini, terutama bagi kita yang tengah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

Semoga filosofi Kurma yang menyiratkan dua sikap mulia, yaitu bersyukur dan menerima, betul-betul dapat kita resapi dan ejawantahkan di bulan yang penuh berkah ini.  Syukuri apa adanya, hidup ini adalah anugerah yang terindah. Tetap jalani hidup ini. Mari songsong hari esok penuh semangat. Kita bisa!

Imam Chumedi, KBC-028

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun