Kau adalah malam yang bersekutu bersama gelap
dengan tangan dinginÂ
telah kauhapus rona  jinggaÂ
yang sengaja kutorehkan di langit senjaÂ
setelah kaki-kaki siang lunglai di sudut langit.
Sedikit pun tak terucap dari bibirmu
kata-kata manis sepadan rekah gincuÂ
yang selama ini memerahÂ
dan selalu kuanggap madu.
Entah apa yang membuatmu terpesona mimpiÂ
yang bahkan ranjang persemaian benihnya  belum juga tersiap.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!