Mohon tunggu...
Khristi Rachma Puspita
Khristi Rachma Puspita Mohon Tunggu... Guru - Masih belajar menulis

Penyair

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ibu

15 April 2020   14:48 Diperbarui: 15 April 2020   15:01 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu

Kemana tangismu bermuara?

Jiwa kerdilku tak miliki ruang 

Sekedar menampungnya saja 

Bukan usap jelaga di palung pilu hatimu

Sedang tawamu tlah kutelan dalam-dalam

Kusemai di ladang hati

Berkecambah senyum 

Menjelma kokoh jasadku terima terpaan badai semesta

Ibu

Tetaplah pancarkan cahaya 

Aura wajah kelembutan

Meski tubuhmu rebah di alas tikar usang

Dan saremu hari itu terusik mimpi penuh air mata

Sedang matahari tlah kuculik dari bening matamu 

Temani jejak-jejak jiwaku di setapak hidup

Ibu

Toh uripmu sebagai wong alit

Abdi dalem negara

Tak sama seperti ceruk berisikan intan permata

Lalu dengan mudah terjual

Bergelimang mata uang

Dapat meminang barang-barang semewah wajah gedung bintang lima

Tetaplah berirama ibu

Lakon musik hatimu

Biar kudengar

Setidaknya gerak tangan dan kaki takdir anakmu bisa dipersembahkan indah di panggung dunia

Atau boleh saja kau persembahkan ratapan di dalam mangkuk makanku

Namun sebuah renungan kalimat suci doa kau ketukkan di pintu langit

Agar diterima

Kediri, 15 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun