Hah! Aku harus temui Ayah? Oh, tidak bisa, kawan. Maaf, kali ini aku tak bisa menuruti saranmu. Bukan karena hatiku disungkupi dendam. Ada ihwal lain yang perlu kamu ingat: Kesetiaan pada janji. Ya, dulu kamu pernah bilang: Sekali kata terujar, pantang ludah terjilat kembali. Maaf, ya!
Tapi, tunggu dulu! Terima kasih telah mengingatkanku. Kamu telah menyentuh kedalaman rasaku. Ya, aku tak boleh egois. Baiklah, aku segera berkemas. Aku mendapat firasat umur Ayah tak lagi panjang. Lalu, aku akan pamitan pada Puang Matowa[9].
Tiba-tiba handphone-ku berdering. Dan, oh! Ternyata Ibu.
“Kenapa, Ammak?”
“Ikhlaskan semuanya, Nak!”
Klik. Telepon terputus.
●●●
Oleh Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara, lahir di Makassar, 10 November 1975. Saat ini bergiat di Kosakata, Komunitas Mata Aksara, dan Komunitas Planet Senen.
Catatan Akhir:
[1] Dikutip dari sajak Pelukan karya M. Aan Mansyur.
[2] Bahasa Makassar = Ibu.
[3] Dikutip dari sajak Pelukan karya M. Aan Mansyur.
[4] Alat musik tiup khas Makassar.
[5] Mikrolet/angkutan kota di Makassar.
[6] Dikutip dari sajak Pelukan karya M. Aan Mansyur.
[7] Dikutip dari sajak Mencari Sunyi Paling Puisi karya Khrisna Pabichara.
[8] Dikutip dari sajak Suatu Sore Saat Hujan karya M. Aan Mansyur.
[9] Pemimpin Komunitas Bissu