Mohon tunggu...
Khotimah S. Wulandari
Khotimah S. Wulandari Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Pembelajar I Karena belajar adalah hal mutlak dan kontinuitas yang abadi, maka belajarlah untuk hidup dan hiduplah untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krisis Empati di Tengah Pandemi

7 Juni 2020   12:20 Diperbarui: 7 Juni 2020   12:26 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian, empati adalah salah satu aspek kognisi sosial yang memainkan peran penting ketika seseorang merespons emosi orang lain untuk membangun hubungan yang baik (Spreng, McKinnon, Mar, & Levine, 2009). Empati adalah dasar dari segala jenis interaksi, berwujud penempatan diri pada kondisi orang lain secara penuh. Dengan kata lain, empati adalah paham dan memahami perasaan orang lain.

Jika tidak ada empati, maka tidak akan terjadi tolong menolong dan hanya akan menciptakan indivualisme pada setiap individu. Empati menjadi penting karena mampu menciptakan kepercayaan dan kenyamanan antara kedua belah pihak. Maka dari itu, empati sangatlah diperlukan dalam membangun kemanusiaan. Bahkan, bisa dikatakan empati adalah substansi dari kemanusiaan itu sendiri.

Melatih Empati di Masa Pandemi

Empati bisa saja sudah melekat saat manusia lahir ke dunia. Tapi, tentu perlu upaya untuk bisa menjaga kestabilan dan eksistensinya dalam kehidupan nyata. Empati perlu dilatih sedini mungkin secara kontinyu. Apalagi di tengah pandemi seperti ini, dimana segala tindak kejahatan hadir ketika orang-orang sedang dihadapkan dengan kepanikan dan ketakutan akan virus yang mematikan.

Satu hal yang perlu diingat bahwa empati adalah suatu sikap dimana kita menempatkan diri pada kondisi atau perasaan orang lain. Untuk melatih empati bisa dilakukan dengan sering-sering mendengarkan "kisah" atau masalah orang lain. 

Dengan begitu, kita akan mengetahui dan mencoba memahami perasaan kalau-kalau masalah tersebut terjadi pada diri kita. Hal seperti apa yang kita bayangkan dan rasakan. 

Jika berhasil, tentu kita pun akan memandang suatu permasalahan dari segi keibaan terhadap orang yang ditimpa masalah tadi. Tentu hal itu akan menjadi kontrol bagi diri kita untuk bersikap empati dan peduli terhadap orang tersebut, alih-alih tidak mengacuhkannya.

Peka terhadap lingkungan juga bisa dijadikan sarana untuk melatih empati. Masa seperti ini tidak sedikit orang yang kehilangan pekerjaannya atau penghasilannya berkurang, padahal kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi. Kita bisa menjadikan fenomena sosial yang ada sebagai sarana untuk melatih empati di tengah krisis ini.

Empati bisa dikatakan sebagai sikap lanjutan dari simpati. Jika simpati adalah rasa kasih atau iba kepada orang lain, maka empati lebih dalam lagi. Bahkan, empati bisa saja berwujud sebagai bentuk tolong-menolong. Ada banyak hal yang memerlukan empati dalam kehidupan ini. Terlebih di masa pandemi. Satu hal yang perlu ditekankan adalah, jangan sampai pandemi mematikan hasrat kita untuk bersikap empati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun