Mohon tunggu...
Khotimah S. Wulandari
Khotimah S. Wulandari Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Pembelajar I Karena belajar adalah hal mutlak dan kontinuitas yang abadi, maka belajarlah untuk hidup dan hiduplah untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Psikologi Pemaafan sebagai Upaya Menjaga Kesehatan Mental

6 Juni 2020   06:37 Diperbarui: 6 Juni 2020   07:02 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Munculnya berbagai macam permasalahan di masa pandemi kali ini, memunculkan juga banyak diskusi terkait solusi akan permasalahan tersebut. Misalnya saja muncul masalah seperti kecemasan, kerentanan stres, manajemen waktu yang buruk, dan lain-lain. Kemudian muncul beragam diskusi semacam kiat-kiat manajemen stres, upaya menjaga produktivitas di tengah pandemi, atau semacamnya.

Mental yang sehat memang sangat diperlukan di tengah pandemi seperti saat ini. Karena mental yang sehat akan berpengaruh terhadap sehatnya tubuh. Seperti yang pernah dosen saya katakan, Pak Nur Muhlasin, bahwa kesehatan mental dan fisik itu saling mempengaruhi satu sama lain.

Sudah kita ketahui bahwa seseorang bisa dengan mudah tertular virus Corona salah satunya disebabkan oleh sistem imun yang kurang baik. Dalam artian kesehatan fisiknya dalam kondisi yang tidak baik. Menurunnya kualitas kesehatan fisik bisa saja disebabkan oleh banyaknya beban mental (mental illness). Maka dari itu, perlu untuk kita betul-betul menjaga kualitas kesehatan mental kita di tengah pandemi ini.

Mungkin di antara kita sudah tidak asing dengan pengelolaan stres, berpikir positif, relaksasi, atau hal sejenisnya. Itu semua merupakan upaya untuk menjaga kesehatan mental. Namun, ada satu istilah yang saya kira belum sefamiliar dengan istilah-istilah yang disebutkan tadi yaitu psikologi pemaafan. 

Apa itu Psikologi Pemaafan?

Menurut definisi saya pribadi, psikologi pemaafan bisa disebut sebagai teknik psikologi dalam upaya memaafkan diri sendiri dan/atau orang lain untuk mencapai kesejahteraan.

Kuliah psikologi pemaafan ini saya dapatkan dari Drs. Asep Haerul Gani, psikolog, di luar perkuliahan akademik saya. Saat itu beliau tidak menjelaskan definisi psikologi pemaafan secara spesifik, tapi lebih fokus pada makna dari pemaafan itu sendiri. Dalam teori psikologi pun demikian.

Pemaafan diartikan sebagai tindakan inisiatif yang memerlukan kesadaran, prinsip, dan pemikiran yang tepat. Pemaafan bukan suatu tindakan reaktif, atau tindakan yang sama seperti tindakan orang lain terhadap diri kira. Pemaafan disini lebih mengutamakan kasih sayang pada diri sendiri dibandingkan orang lain yang sudah berbuat jahil.

Pemaafan atau memaafkan berbeda dengan melupakan dan mengabaikan. Pun berbeda dengan pemakluman dan pembiaran. Karena dalam psikologi memaafkan dipandang sebagai upaya mengingat dengan kesadaran penuh, tetapi tidak memicu pengalaman, perasaan, dan reaksi buruk yang pernah terjadi. Sehingga emosi lebih dapat dijaga, dan tentunya berpengaruh terhadap kesehatan mental juga.
Hal yang perlu kita ingat yakni pemaafaan bukanlah suatu sifat, melainkan kompetensi. Artinya, seseorang bisa melakukan pemaafan tidak terjadi secara alamiah. Tapi diperlukan adanya latihan secara kontinyu dan intensif pastinya.

Tahap-tahap Pemaafan

Menurut Robet Enright ada lima tahap untuk melakukan pemaafan, yaitu preliminary, uncovering, decision, work, dan discovery.

Satu: Preliminary

Ini merupakan tahap persiapan, dimana kita mempertanyakan pada diri sendiri mengenai apa yang menjadi beban mental kita. Disini kita bisa menggunakan rumus 5W1H untuk mengidentifikasinya.

Dua: Uncovering

Pada tahap ini kita berupaya untuk menyadari dan tidak menutupi emosi atau pikiran negatif yang menjadi beban mental. Kita diharuskan jujur terhadap diri sendiri atas apa yang sedang kita rasakan. Nah, mayoritas dari kita seringkali menutupi perasaan negatif yang dirasakan. Hal ini dalam psikologi biasa disebut represi, dan ini tidak baik bagi kesehatan fisik maupun mental karena bisa saja meledak sewaktu-waktu.

Dalam tahap ini bisa saja kita melakukan defense (pertahanan diri) yang positif. Salah satunya yaitu sublimasi. Dimana kita menyalurkan emosi negatif kita kepada hal-hal yang lebih bermanfaat. Tidak hanya itu. Ada baiknya kita pun betul-betul mendeskripsikan perasaan negatif tersebut baik dengan cara katarsis (curhat), menulis jurnal, atau teknik lainnya.

Tiga: Decision

Setelah kita melakukan katarsis atau penyaluran emosi negatif, saatnya kita memahami kesalahan  atau emosi negatif tersebut. Selanjutnya, kita memutuskan untuk memaafkan kesalahan tersebut baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain yang sudah berbuat kesalahan terhadap diri kita. Walaupun pada dasarnya psikologi pemaafan adalah fokus terhadap diri sendiri.

Empat: Work

Ini adalah tahap inti dari proses pemaafan. Dimana kita mulai memaafkan diri sendiri dengan jalan berpikir dan bertindak positif. Kita mulai menyayangi diri sendiri dengan tidak memforsir tenaga fisik ataupun beban mental.

Bahkan, jika memungkinkan untuk meminta maaf kepada orang lain atau atas tindakan negatif orang lain pun bisa kita lakukan. Ketika orang lain itu belum bisa berbuat yang sama terhadap kita -yaitu memaafkan- kita tidak mempunyai kewajiban untuk memaksanya. Karena sekali lagi fokus pemaafan adalah pada diri kita sendiri. Cukup kita berikan doa saja kepada orang tersebut.

Lima: Discovery

Pada tahap ini kita sudah mulai membiasakan diri dengan pemaafan. Selain itu, kita pun mulai belajar untuk mengambil hikmah atau pelajaran dari setiap kejadian negatif yang pernah kita alami.

Pemaafan adalah upaya menyadari suatu kesalahan dan memutuskan untuk memaafkan kesalahan tersebut demi mencapai kesejahteraan mental. Secara tidak langsung, psikologi pemaafan bisa dikatakan sebagai upaya untuk mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Karena fokus utamanya terletak pada pemaafan diri sendiri.

Bisa jadi stres yang saat ini melanda kebanyakan orang bersumber dari konflik internal orang itu sendiri. Kemudian ditambah adanya penyebaran virus yang begitu ketat harus diwaspadai, sehingga menambah kecemasan dan akhirnya menimbulkan stres. Kesehatan adalah tanggungjawab masing-masing individu. Maka dari itu, kesehatan perlu dijaga kualitasnya secara komprehensif. Mulai dari kesehatan mental, fisik, sosial, hingga spiritual. Dan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan mental adalah dengan pemaafan.

Stay save, stay health, and still to stay at home.

Semoga bermanfaat :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun