Pamitmu terlalu prematur,Â
Meninggalkan ruam berikut sepinya
Ragamu terbang,Â
Tetapi aroma tubuhmu masih menyapa di balik gebar
Malam tak berani meniduri,Â
Begitu segan dengan tatapmu
Katanya, masih ingin sendiri
Aku sibuk mencatat sore
Melangitkan awan yang teduh
Menimbun syair gelapÂ
Penyusun paragraf tiga pagi
Pikiranku dierami bual
Batinku membungkus teriak
Mengubur nafsu akan pelukmu yang hanyut
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!