Mohon tunggu...
Ahmad Kholiyi
Ahmad Kholiyi Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pembelajar

Namaku Ahmad Kholiyi. Aku dilahirkan di Lebak tanggal 22 Oktober 1995. Aku lahir dan besar dilingkungan keluarga yang penuh paradigma. Ayah adalah seorang kepala keluarga yang demokratis, sehingga tak mengekang anaknya dalam memperdalam jati diri masing-masing sesuai pencarian hidup kami. Ibu adalah seoranh ibu yang visioner dan punya cita-cita besar agar semua anaknya dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Kami sekeluarga dididik mandiri sejak kecil, agar terbiasa menjalani hidup apa adanya. Aku bercita-cita menjadi seorang cendikiawan. Idolaku, selain Rasulullah, ialah seorang cendikiawan humanis, yaitu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gus Dur dan Sebuah Kehilangan

7 Desember 2018   15:18 Diperbarui: 7 Desember 2018   15:35 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil pembawa jenazah Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid). Sumber foto: antrafoto.com

Lagi-lagi, kehilangan Gus Dur mulai 'sangat terasa' kembali. Dalam kondisi bangsa yang dilanda penyakit politik identitas (yang pada masa hidupnya sangat Gus Dur tentang), penyakit sekelompok merasa utama dan lebih unggul ketimbang manusia yang lainnya, padahal hakikatnya hak-hak manusia secara keseluruhan adalah memperoleh kesetaraan. Gus Dur biasanya menjawab segala macam kepelikan yang terjadi sekarang dengan cara sederhana namun selalu tepat sasaran, dengan jargon "gitu aja kok repot!" andalannya. Tapi, sekarang Gus Dur sudah tidak ada, kepelikan yang ada tak bisa lagi dijawab dengan cara sederhana ala Gus Dur, malah kadang dijawab dengan jawaban yang menambah persoalan itu makin pelik. Untunglah gagasan pemikiran-pemikirannya ia tuangkan dalam sebuah tulisan yang kemudian dikolekif menjadi sebuah buku dan atau beberapa buku yang merupakan kumpulan tulisan pemikiran Gus Dur. Semoga pula gagasan-gagasan Gus Dur selalu hidup dan dihidupkan melalui medium demikian.

Biarlah raga Gus Dur yang 'menghilang' di pandangan mata kita. Tapi, soal gagasan dan perjuangannya akan selalu hidup dan ada bersama kita. Maka, sebenarnya Gus Dur tak pernah meninggalkan kita. Ia selalu ada bersama kita, bersama orang-orang yang meneruskan gagasan dan nilai-nilai perjuangannya. []

Lebak, 7 Desember 2018

Ahmad Kholiyi
(Penulis adalah aktivis Penggerak GUSDURian Lebak, juga merupakan Relawan Pegiat Lembaga Studi Islama dan Sosial (LSiS) Lebak)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun