Lagi-lagi, kehilangan Gus Dur mulai 'sangat terasa' kembali. Dalam kondisi bangsa yang dilanda penyakit politik identitas (yang pada masa hidupnya sangat Gus Dur tentang), penyakit sekelompok merasa utama dan lebih unggul ketimbang manusia yang lainnya, padahal hakikatnya hak-hak manusia secara keseluruhan adalah memperoleh kesetaraan. Gus Dur biasanya menjawab segala macam kepelikan yang terjadi sekarang dengan cara sederhana namun selalu tepat sasaran, dengan jargon "gitu aja kok repot!" andalannya. Tapi, sekarang Gus Dur sudah tidak ada, kepelikan yang ada tak bisa lagi dijawab dengan cara sederhana ala Gus Dur, malah kadang dijawab dengan jawaban yang menambah persoalan itu makin pelik. Untunglah gagasan pemikiran-pemikirannya ia tuangkan dalam sebuah tulisan yang kemudian dikolekif menjadi sebuah buku dan atau beberapa buku yang merupakan kumpulan tulisan pemikiran Gus Dur. Semoga pula gagasan-gagasan Gus Dur selalu hidup dan dihidupkan melalui medium demikian.
Biarlah raga Gus Dur yang 'menghilang' di pandangan mata kita. Tapi, soal gagasan dan perjuangannya akan selalu hidup dan ada bersama kita. Maka, sebenarnya Gus Dur tak pernah meninggalkan kita. Ia selalu ada bersama kita, bersama orang-orang yang meneruskan gagasan dan nilai-nilai perjuangannya. []
Lebak, 7 Desember 2018
Ahmad Kholiyi
(Penulis adalah aktivis Penggerak GUSDURian Lebak, juga merupakan Relawan Pegiat Lembaga Studi Islama dan Sosial (LSiS) Lebak)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H