Mohon tunggu...
Ahmad Kholiyi
Ahmad Kholiyi Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pembelajar

Namaku Ahmad Kholiyi. Aku dilahirkan di Lebak tanggal 22 Oktober 1995. Aku lahir dan besar dilingkungan keluarga yang penuh paradigma. Ayah adalah seorang kepala keluarga yang demokratis, sehingga tak mengekang anaknya dalam memperdalam jati diri masing-masing sesuai pencarian hidup kami. Ibu adalah seoranh ibu yang visioner dan punya cita-cita besar agar semua anaknya dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Kami sekeluarga dididik mandiri sejak kecil, agar terbiasa menjalani hidup apa adanya. Aku bercita-cita menjadi seorang cendikiawan. Idolaku, selain Rasulullah, ialah seorang cendikiawan humanis, yaitu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi Ibu

5 Desember 2018   10:29 Diperbarui: 5 Desember 2018   20:09 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada apa bu? Aku sudah solat subuh kok".
"Ibu ingin minum kopi". Katanya
"Inih, tadi ibu masak pisang goreng".

Sepiring pisang goreng tengah dipegang tangan kanannya. Aku menoleh. Masih terlihat kepulan asap sisa menggoreng, pastinya masih panas.

"Kopinya mana?" Tanyaku.
"Kamu ituuu.." agak terlihat kesal kulihat wajah ibu.
"Ibu ingin minum kopi buatanmu".
"Yaah, kukira sudah ada". Sambil senyum kusahut permintaan amat sedernaha dari wanita satu-satunya yang amat kusayangi.
"Oke deh".

Aku pergi ke dapur, menyeduh kopi. Setiap minum kopi pasti ibu selalu ingin kopi buatanku, dan itulah yang menyebabkan kami selalu minum kopi bersama. Kata ibu, kopi buatanku pas dilidahnya. Tak terlalu manis, tak juga pahit. Padahal aku pikir ibu mungkin lebih bisa menyeduh kopi yang lebih nikmat. Tapi, dia selalu mau dibuatkan olehku.

"Bagaimana lamaran yang kamu masukkan?"
"Masih menunggu panggilan bu, doakan aku yah bu.."
"Pasti nak..". Sambil tersenyum.

Senyuman ibu adalah senyuman indah dan paling tulus yang selalu kutemui setiap hari. Tapi, tumben sekali, ibu menanyakan perihal seperti itu. Biasanya ibu hanya bilang "Ibu selalu mendoakanmu untuk mendapatkan yang tebaik".

"Asal, bangun pagimu, solat subuhmu, solat dluha'mu rutinkan". Singgungnya.
"Hehehe, siap bu!" Aku menjawabnya sambil tertawa kecil.
"Aaah, kopimu selalu enak jay". Katanya sambil meletakkan kopi yang barusan diseruputnya.

Aku tersenyum, setiap kami minum kopi ibu sudah biasa bicara seperti itu. Kumakan pisang goreng buatan ibu yang sudah hangat. "Enak bu". Kataku, "Pastinya" jawab ibu sambil sedikit menunjukan muka sombongnya.

"Hahahahaha..." tawa kami pecah bersama-sama.

***

Jam 08.00 pagi, aku sudah duduk di meja redaksi. Cuaca hari ini lumayan cerah. Tak seperti kemarin, aku harus basah-basahan ke kantor. Aku minum kopi yang barusan diantarkan oleh Mang Karto, pelayan kantin di kantorku. Biskuit kelapa sisa kemarin kuambil dilaci. Sengaja kusimpan dalam celobong biar tidak 'be es'. Kucelupkan biskuit ke kopi. Ah, nikmat sekali. Bagiku tak ada kenikmatan yang melebihi meminum kopi bersama biskuit kelapa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun