Mohon tunggu...
KHOLISOH
KHOLISOH Mohon Tunggu... Guru - teacher blogger

menulis itu sebuah keindahan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Please Mah, Rasanya Aku Mau Teriak

31 Agustus 2022   23:19 Diperbarui: 31 Agustus 2022   23:21 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu pada saat pembelajaran berlangsung di kelas VI -- B beberapa siswa mengeluhkan dirinya apabila telah pulang ke rumah selalu merasa serba salah atas sikap dan perilaku orang tuanya.

Ketika pulang ke rumah pasti selalu ditanya ada PR kah , kenapa pulang telat, dari mana saja tadi dan seterusnya.

Baginya pertanyaan pertanyaan ini membosankan tidaklah  penting, apakah semua orang tua selalu bersikap seperti ini ataukah hanya ibuku saja.

Bukankah setiap saya berangkat ke sekolah ibuku mengetahuinya dan tau semua jadwal serta kegiatan yang saya lakukan setiap harinya tapi mengapa selalu ada saja pertanyaan setiap pulang dari sekolah sebenarnya apa maunya kedua orang tuaku. Aku rasa aku sudah melakukan hal yang benar.

Malam tiba, pertanyaan lagi yang terlontar  " Sudah belajar belum, PR sudah dikerjakan ?".

Ketika sedang santai di rumah tidak ada kegiatan baru saja memegang gadget muncul pertanyaan   " HP terus tiap hari !".

Ketika baru saja istirahat rebahan , " Tidur aja kerjaannya, nyapu sana!".

Saat ada mood untuk bekerja mencoba untuk membantu orang tua berharap mereka senang denga napa yang dilakukan, malah terlontar komentar yang kurang menyenangkan " Tumben nyapu".

" Ya Allah, aku tuh harus bagaimana sebenarnya begini salah begitu salah" ucap salah satu siswi.

"Begitu bu, terus aku tuh harus bagaimana ya bu?" tanyanya memelas.

Tentu saja kasihan mendengar keluhannya, maka sayapun berusaha menjelaskan dengan bijak bahwa semua orang tua berharap anaknya menjadi yang terbaik, kita sebagai anak tetap wajib menghormati orang tua walau bagaimanapun juga.

Pembelajaran berubah menjadi ajang curhat, anak anak menumpahkan seluruh keluh kesahnya sehingga merasa agak sedikit lega setelah diberikan pencerahan.

Sebagai guru sekaligus orang tua hal ini merupakan sedikit sentilan buat saya pribadi dan teguran agar mengevaluasi diri sendiri bagaimana menjadi orang tua yang lebih baik lagi ke depan.

Ternyata pertanyaan pertanyaan seperti itu membuat mereka muak. Sesungguhnya yang mereka butuhkan ialah perhatian dan kasih saying dari kedua orang tuanya. Terkadang dalam benak kita sebagai orang tua berpikir anak saya harus begini harus sesuai apa kata keinginan dan harapan namun tanpa memikirkan apakah hal ini sesuai kebaikan, kebutuhan, dan minat  mereka sehingga terkesan memaksa.

Maksud orang tua adalah kebaikan namun di mata anak anak hal itu adalah beban yang berat yang harus mereka pikul setiap harinya dan makin hari makin bertambah beban kian hari kian menggunung dan siap akan meledak.

Lalu jika sudah terlanjur seperti ini keadaaanya apa yang mesti dilakukan, apakah masih bisa diperbaiki dan menjadi harmonis lagi, mungkinkah.

Yang anak anak butuhkan hanyalah sedikit waktu untuk memulai pembicaraan ringan seperti tadi bagaimana di  sekolah, kamu suka dengan bekal yang ibu buat  atau bagaimana dengan Rangga teman sebangkumu.

Mereka hanya ingin didengar ceritanya, apa yang telah dilakukannya butuh diberi tanggapan positif serta perhatian dari orang tua.

Keberadaan mereka diakui, mah aku disini ayo kita main.

Tataplah matanya dengan perhatian penuh dengarkan ceritanya tanpa memotongnya, lalu ceritakanlah hal hal yang telah terjadi mintalah  pendapatnya dengan begitu mereka merasa dihargai ucapan dan keberadaanya. Di awal butuh waktu dan usaha yang keras untuk memulai akan tetapi yakinlah semuanya akan berubah secara bertahap dan akan menjadi pelajaran serta pengalaman buat keduanya.

Selamat mencoba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun