Pembelajaran berubah menjadi ajang curhat, anak anak menumpahkan seluruh keluh kesahnya sehingga merasa agak sedikit lega setelah diberikan pencerahan.
Sebagai guru sekaligus orang tua hal ini merupakan sedikit sentilan buat saya pribadi dan teguran agar mengevaluasi diri sendiri bagaimana menjadi orang tua yang lebih baik lagi ke depan.
Ternyata pertanyaan pertanyaan seperti itu membuat mereka muak. Sesungguhnya yang mereka butuhkan ialah perhatian dan kasih saying dari kedua orang tuanya. Terkadang dalam benak kita sebagai orang tua berpikir anak saya harus begini harus sesuai apa kata keinginan dan harapan namun tanpa memikirkan apakah hal ini sesuai kebaikan, kebutuhan, dan minat  mereka sehingga terkesan memaksa.
Maksud orang tua adalah kebaikan namun di mata anak anak hal itu adalah beban yang berat yang harus mereka pikul setiap harinya dan makin hari makin bertambah beban kian hari kian menggunung dan siap akan meledak.
Lalu jika sudah terlanjur seperti ini keadaaanya apa yang mesti dilakukan, apakah masih bisa diperbaiki dan menjadi harmonis lagi, mungkinkah.
Yang anak anak butuhkan hanyalah sedikit waktu untuk memulai pembicaraan ringan seperti tadi bagaimana di  sekolah, kamu suka dengan bekal yang ibu buat  atau bagaimana dengan Rangga teman sebangkumu.
Mereka hanya ingin didengar ceritanya, apa yang telah dilakukannya butuh diberi tanggapan positif serta perhatian dari orang tua.
Keberadaan mereka diakui, mah aku disini ayo kita main.
Tataplah matanya dengan perhatian penuh dengarkan ceritanya tanpa memotongnya, lalu ceritakanlah hal hal yang telah terjadi mintalah  pendapatnya dengan begitu mereka merasa dihargai ucapan dan keberadaanya. Di awal butuh waktu dan usaha yang keras untuk memulai akan tetapi yakinlah semuanya akan berubah secara bertahap dan akan menjadi pelajaran serta pengalaman buat keduanya.
Selamat mencoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H