"Sudah cukup, hentikan semuanya!" teriak Lini Merah, semuanya diam tak bersuara.
      "Sebaiknya aku pergi saja." Jawabnya sambil berlau meninggalkan pesta itu.
Tidak ada yang berusaha mencegah kepergiannya dan kembali menikmati pesta tersebut, hanya Lini Merah saja yang memperhatikannya serta berusaha baik padanya.
Ia merasa sangat sedih lalu berenang menjauh dari tempat itu tanpa tahu tujuan akan kemana perginya, tekadnya bertambah bulat hingga dalam hatinya berkata lihat saja nanti pasti aku akan berhasil. Di tengah perjalanan tubuhnya dihantam arus air, terseret  masuk kedalam pusaran ombak besar menerpanya membuat badannya lemas tak kuasa menahan hempasan air laut tersebut rasanya seperti akan mati saja.
Beberapa saat kenudian baru sadar kalau  ia berada di dasar laut yang dingin sekali hanya ada batu karang, sedikit rumput laut dan butiran pasir  tidak satupun hewan laut  yang melintas atau hanya sekedar lewat. Tempat ini sangat aneh, sepi, gelap dan menyeramkan, tubuhnya semakin menggigil kedinginan. Aku tak menyangka akan terjadi seperti ini seandainya saja kemarin tidak marah dan langsung pergi meninggalkan mereka mungkin akan lebih baik jadinya tidak mungkin berada di tempat ini.
Tiba -- tiba saja aku merasa hangat sekali, ternyata dari belakang sebuah tentakel gurita menyelimutiku dengan melilit hampir semua bagian tubuhku supaya panas gurita berpindah kepadaku sehingga tubuh terasa lebih hangat.
      "Siapa kamu?" tanyaku keheranan dan sedikit takut.
      "Tenang kawan, perkenalkan namaku Opu." Sambil menjulurkan tentakel lainnya.
      "Namaku Bodi." Jawabnya.
      "Bagaimana ceritanya bisa ada di tempat ini?" tanyanya ingin tahu penasaran.
      "Ceritanya panjang awalnya aku kecewa dan marah karena semua teman -- temanku selalu mengejek karena ada totol - totol di tubuhku." Jelasnya dengan singkat.