Mohon tunggu...
KHOLISOH
KHOLISOH Mohon Tunggu... Guru - teacher blogger

menulis itu sebuah keindahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menulis Fabel untuk Mengawali Tahun 2021

7 Januari 2021   09:50 Diperbarui: 7 Januari 2021   10:18 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mencoba menulis cerita fabel dengan mengangkat tema kearifan lokal perairan di bagian timur Indonesia dengan berbagai jenis spesies ikan di dalamnya seperti cerita yang saya tulis berikut ini:

                                                                                                                  Bodi Menyesal Sekali

Bodi adalah seekor ikan yang  lucu karena tubuhnya dipenuhi oleh totol kuning diantara sirip -- sirip berwarna merah pada seluruh bagian tubuhnya  sehingga tampak berbeda dengan ikan lainnya. Awalnya ia percaya diri dengan bentuk tubuhnya itu, akan tetapi teman -- temannya selalu mengejeknya setiap hari  membuatnya menjadi kesal, murung dan sedih. Terkadang sebelum memejamkan matanya ia berpikir mengapa teman -- temannya selalu mengejeknya dan berharap suatu hari nanti bisa bermain dengan mereka.

Hari ini Elo berulang tahun ia mengundang seluruh sahabatnya yang ada di Palung Akasia termasuk Lini Merah, Lini Biru, dan Lini Ungu. Semua yang hadir sangat berbahagia kecuali Bodi karena ia tidak diundang ke acara tersebut, ia hanya melihat kebahagiaan teman -- temannya itu dari balik terumbu karang.

            " Bodi sedang apa kamu di sini, mengapa tidak bergabung dengan yang lain?' tanya Lini Biru dengan wajah keheranan.

            "Ah, tidak apa -- apa aku di sini saja." jawabnya pelan.

            "Kamu takut?" tanyanya penasaran.

            "Tidak, aku hanya ingin sendiri di sini." jawab Bodi.

            "Ayo kita ke sana, kamu pasti suka." Lini Merah berusaha merayunya.

            Bodi terdiam sesaat, "Baiklah." Jawabnya.

Bodi mengikuti sarannya untuk bergabung dalam pesta tersebut dan berharap diterima dengan baik. Semua yang terjadi diluar keinginannya tidak ada yang mau menerimanya bahkan mereka tetap mengejeknya. Ia hanya terdiam mendengar semua celaan yang menyakitkan itu  raut mukanya sesaat berubah menjadi merah menyala.

            "Sudah cukup, hentikan semuanya!" teriak Lini Merah, semuanya diam tak bersuara.

            "Sebaiknya aku pergi saja." Jawabnya sambil berlau meninggalkan pesta itu.

Tidak ada yang berusaha mencegah kepergiannya dan kembali menikmati pesta tersebut, hanya Lini Merah saja yang memperhatikannya serta berusaha baik padanya.

Ia merasa sangat sedih lalu berenang menjauh dari tempat itu tanpa tahu tujuan akan kemana perginya, tekadnya bertambah bulat hingga dalam hatinya berkata lihat saja nanti pasti aku akan berhasil. Di tengah perjalanan tubuhnya dihantam arus air, terseret  masuk kedalam pusaran ombak besar menerpanya membuat badannya lemas tak kuasa menahan hempasan air laut tersebut rasanya seperti akan mati saja.

Beberapa saat kenudian baru sadar kalau  ia berada di dasar laut yang dingin sekali hanya ada batu karang, sedikit rumput laut dan butiran pasir  tidak satupun hewan laut  yang melintas atau hanya sekedar lewat. Tempat ini sangat aneh, sepi, gelap dan menyeramkan, tubuhnya semakin menggigil kedinginan. Aku tak menyangka akan terjadi seperti ini seandainya saja kemarin tidak marah dan langsung pergi meninggalkan mereka mungkin akan lebih baik jadinya tidak mungkin berada di tempat ini.

Tiba -- tiba saja aku merasa hangat sekali, ternyata dari belakang sebuah tentakel gurita menyelimutiku dengan melilit hampir semua bagian tubuhku supaya panas gurita berpindah kepadaku sehingga tubuh terasa lebih hangat.

            "Siapa kamu?" tanyaku keheranan dan sedikit takut.

            "Tenang kawan, perkenalkan namaku Opu." Sambil menjulurkan tentakel lainnya.

            "Namaku Bodi." Jawabnya.

            "Bagaimana ceritanya bisa ada di tempat ini?" tanyanya ingin tahu penasaran.

            "Ceritanya panjang awalnya aku kecewa dan marah karena semua teman -- temanku selalu mengejek karena ada totol - totol di tubuhku." Jelasnya dengan singkat.

            "Lalu mengapa sekarang bisa ada di sini?" tanya Opu lebih heran lagi.

            "Suatu saat aku datang ke sebuah pesta ulang tahun  atas permintaan seorang teman yang baik padahal tidak diundang." Jelasnya dengan perlahan.

            "Lalu bagaimana?" tanyanya lagi.

            "Mereka heran, suasanan pesta berubah mereka tetap mencela seperti sebelumnya dan menyuruhku pergi." Jelasnya sambil berlinang air mata.

            "Sudah tak usah menangis!" jawabnya.

            "Aku mau pulang saja, aku tidak suka tempat ini tolong beri tahu aku bagaimana caranya pulang ke rumah?" seru Bodi dengan memelas agar Opu mau membantunya.

            "Tidak bisa Bodi!" jawabnya.

            "Mengapa tidak bisa?" jawabnya penasaran.

"Tempat ini sangat berbahaya, tidak ada hewan laut yang berani melintas apalagi tinggal di sini."  Jelasnya dengan sangat sabar.

"Lalu bagaimana dengan aku di sini, apa yang harus ku lakukan?" tanya Bodi.

"Ikutlah dengan ku!" jawabnya seraya melepaskan tentakel yang melilit di tubuh Bodi.

Opu mengajaknya ke suatu tempat tak jauh dari mereka bertemu, hanya saja tempat itu lebih ramai dan banyak ikan yang hidup di sana.

"Bodi menginaplah di sini semalam besok pagi kawanan ikan Paus Biru akan berenang ke utara untuk mencari makanan kamu bisa menumpang bersamanya, bagaimana?" tanyanya.

"Benarkah?" tanyanya dengan raut muka bahagia.

"Rumahmu sangat jauh, hanya Paus Biru yang bisa menolongmu!". Jelasnya panjang lebar.

Bodi mengikuti nasehatnya dan bermalam di tempat itu.

"Apa kabar Mr. Paus lama tak bersua, bisakah kau membantu teman kami untuk ikut dalam perjalanan kalian kasihan ia terdampar di sini." Jelasnya dengan memohon.

"Kabar kami semakin baik dan tetap semangat, kalau begitu naiklah ke punggungku ayo kita berangkat!" jawabnya.

"Terima kasih Opu, selamat tinggal aku akan selalu ingat kebaikanmu."

"Selamat jalan, baik -- baik di sana!". Jawabnya.

Bodi kembali ke tempat asal dan berjanji untuk tidak akan pergi dan marah lagi serta berusaha menjadi anak yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun