Mohon tunggu...
Kholil Rokhman
Kholil Rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - IG di kholil.kutipan

Manata hati merawat diri

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liga Spanyol Lesu, Butuh Ikon Baru

23 Februari 2020   11:50 Diperbarui: 23 Februari 2020   11:58 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liga Spanyol sebenarnya adalah liga yang tak kompetitif. Namun, musim ini (setidaknya sampai pekan 24), selain tidak kompetitif juga performa para kandidat juara juga tak meyakinkan .

Liga Spanyol memang tidak kompetiti jika dilihat dari distribusi juara. Sebab, juara Liga Spanyol dalam 10 musim terakhir lebih sering berkutat di Barcelona atau Real Madrid. Hanya sekali di musim 2013-2014, Barcelona dan Real Madrid gagal menjadi juara. Saat itu, yang menjadi juara adalah Atletico Madrid.

Maka setiap helatan Liga Spanyol atau lebih sering disebut LaLiga bergulir, Barcelona dan Real Madrid berada di barisan terdepan sebagai kandidat juara, kemudian di belakangnya ada Atletico Madrid. Sekalipun tak kompetitif di liga domestik, tim dari Spanyol cukup menjadi kekuatan utama di Eropa.

Dalam lima musim terakhir di Liga Champions, empat trofi didapatkan tim Spanyol dan satu trofi didapatkan tim Inggris. Perinciannya, Barcelona (Spanyol) mendapatkan satu trofi, Real Madrid (Spanyol) mendapatkan tiga trofi, dan Liverpool (Inggris) satu trofi. Jadi sekalipun tak bisa dikatakan kompetitif di domestik, tim dari Spanyol cukup kompetitif di Eropa.

Namun, di musim ini, setidaknya sampai pekan  24, Liga Spanyol seperti lesu darah. Barcelona dan Real Madrid tak begitu meyakinkan performanya. Barcelona memang baru saja menang besar 5-0 atas Eibar, Sabtu (22/2/2020) WIB. Namun, kemenangan itu lebih bisa dikatakan karena faktor Lionel Messi dan buruknya pertahanan Eibar, daripada kolektivitas para pemain Barcelona.

Tiga gol Messi muncul karena faktor kemampuan individunya. Satu gol Messi tercipta karena pemain Eibar tak mampu menyapu bola dengan jitu. Sementara, satu gol Arthur terjadi karena buruknya pertahanan Eibar yang tak bisa mengantisipasi pergerakan pemain baru, Martin Braithwaite.

Performa Barcelona di atas lapangan juga belum maksimal. Antoine Griezmann belum terlihat sangat tajam di Barcelona sekalipun dia tak memiliki saingan setelah Luis Suarez cedera. Di laga melawan Eibar, Griezmann memiliki setidaknya dua peluang emas mencetak gol, namun tak ada yang bisa menjadi gol.

Luis Suarez dan Ousmane Dembele masih cedera. Pergantian pelatih juga membuat Barcelona harus kembali beradaptasi. Lini belakang Barcelona yang sering dijaga Gerard Pique dan Clement Lenglet, sering ceroboh. 

Dalam 24 laga Barcelona sudah kebobolan 29 gol. Lini belakang Barcelona lebih buruk daripada Real Madrid (kebobolan 17 gol), Getafe (kebobolan 22 gol), Atletico Madrid (kebobolan 17 gol), Sevilla (kebobolan 25 gol), Athletic Bilbao (kebobolan 20 gol), Real Valladolid (kebobolan 27 gol).

Sekalipun saat ini Barcelona berada di puncak klasemen sementara Liga Spanyol, tapi Barcelona hanya memiliki 55 poin. Barcelona sudah merasakan empat kali kekalahan. Bandingkan dengan dua pemuncak klasemen di dua liga komersial lainnya, yakni Liga Inggris dan Liga Italia. Di Liga Inggris, Liverpool memiliki 76 poin dan belum pernah terkalahkan. Di Italia, Juventus sedikit lebih bagus dari Barcelona. Juventus memiliki 60 poin dari 25 laga dan kalah tiga kali.

Performa Barcelona yang tak meyakinkan membuat beberapa pihak menilai Barcelona akan kesulitan bersaing di Liga Champions musim ini. Diketahui, Barcelona akanbertanding melawan Napoli pada tengah pekan nanti.  

Sementara, Real Madrid terlihat angin-anginan. Mereka sempat tak terkalahkan di Liga Spanyol setelah 19 Oktober 2019. Mereka pun mampu menguasai puncak klasemen Liga Spanyol sampai sebelum akhir pekan ini. Di tengah performa itu, Real Madrid secara mengejutkan kalah 0-1 dari Levante pada Minggu (23/2/2020). Mampu menguasai bola sampai 62 persen dan memiliki tujuh peluang mencetak gol, Madrid gagal mencetak gol.

Sekalipun di Liga Spanyol musim ini baru kalah dua kali, namun Madrid terlalu sering mendapatkan hasil seri. Anak asuh Zinedine Zidane itu tercatat delapan kali mendapatkan hasil seri di Liga Spanyol musim ini.

Madrid sepertinya belum bisa move on setelah ditinggalkan Cristiano Ronaldo pada musim panas 2018. Musim ini adalah musim pembuktian bagi Zinedine Zidane. Dia memang mampu memberikan tiga gelar Liga Champions bagi Madrid, namun saat itu Madrid masih memiliki Ronaldo. 

Saat ini, setelah taka da Ronaldo, Zidane ditantang apakah bisa mendapatkan gelar Liga Champions dan juga Liga Spanyol. Performa Madrid yang belum stabil ini juga menjadi PR besar bagi Zidane Apalagi, mereka akan segera berhadapan dengan Manchester City di ajang Liga Champions.

Satu tim terkemuka lainnya di Liga Spanyol adalah Atletico Madrid. Selama ini Atletico Madrid adalah tim yang digadang akan bisa menjungkalkan Barcelona dan Real Madrid. Di awal musim Atletico Madrid sering jadi unggulan tak terduga. Namun, di musim ini, Atletico Madrid tampak kesulitan.

Setelah kehilangan Antoine Griezmann, Atletico sepertinya sulit menemukan formula bagus di lini depan. Saat ini, Atletico Madrid tercecer di posisi lima klasemen sementara Liga Spanyol. 

Memang Atletico mampu menang di ajang Liga Champions dengan skor 1-0 atas Liverpool di leg pertama babak 16 besar. Namun, perlu diingat bahwa masih ada leg kedua di kandang Liverpool.

Tidak bisa dipungkiri, salah satu nilai jual Liga Spanyol terdahulu adalah ketika ada rivalitas antara Lionel Messi (Barcelona) dengan Cristiano Ronaldo (Real Madrid). Setelah Ronaldo memutuskan pindah ke Juventus, rivalitas itu tak ada lagi. Messi saat ini menjadi daya tarik kuat di Liga Spanyol. 

Namun, sepertinya tak lama lagi Messi akan tenggelam karena sudah makin berumur. Apalagi, belakangan Messi sudah jarang memperlihatkan kemampuan kecepatan larinya. Messi lebih sering berjalan dan berjalan sembari memanfaatkan kecerdasannya dalam menguasai bola. Sepertinya, Liga Spanyol butuh ikon baru untuk menggairahkan geloranya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun