Mohon tunggu...
Kholil Rokhman
Kholil Rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - IG di kholil.kutipan

Manata hati merawat diri

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Argentina dan Pemain Kulit Gelap

25 Juli 2017   16:51 Diperbarui: 25 Juli 2017   17:22 2148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://jontheblogcentric.org

Rasa penasaran saya soal tak adanya pemain kulit gelap di Timnas Argentina sedikit terjawab. Buku ensiklopedi bangsa-bangsa yang teronggok di perpustakaan tempat saya menimba ilmu memberi sedikit gambaran.

Mula adalah Diego Maradona. Dia asyik menimang bola saat jelang melawan Kamerun di laga pembukaan Piala Dunia 1990. Beberapa kali Diego dilanggar penggawa Kamerun. Dia jatuh, protes, lalu bangun. Setelahnya jatuh lagi, bangun lagi. Berulang seperti telenovela yang menguras energi pemirsanya.

Maradona adalah salah satu pemain sepak bola yang bisa menghadirkan kepuasan bagi para penontonnya. Ada yang kagum bukan kepalang karena gocekannya. Ada yang jengkel sejadi-jadinya, seperti yang dirasakan orang Inggris pada Piala Dunia 1986.

Dari Maradona itulah ketertarikan saya pada Timnas Argentina menggeliat tak keruan. Kemudian, rasa suka itu menggelinding bersama zaman yang terus berubah. Karena suka Argentina lalu suka Batistuta, si gondrong bekas pangeran La Viola. Karena suka Argentina, maka lebih mendukung Real Zaragoza daripada Arsenal di final Piala Winners 1995. Kenapa Zaragoza? Ya karena di sana ada Juan Esnaider, penyerang asal Argentina.

Lalu muncullah beberapa bintang dari tim Tango. Ada Javier Saviola yang perayaannya sebagai juara Piala Dunia Junior 2001 dijadikan foto di Kompas. Saviola terpotret nangkring di atas mistar gawang. Kemudian talenta silih berganti menghiasi koran, website, sosial media, dan televisi. Argentina, seperti juga negara dengan tradisi kuat sepak bola, terlihat tak lelah menghadirkan calon legenda.

Tevez, Messi, Aguero, Di Maria, Dybala, dan masih banyak lagi. Nama-nama calon petarung pada lapangan hijau di Argentina, bak cendawan di musim hujan.

Lalu, rasa ingin tahu itu muncul beberapa tahun setelah suka dengan Timnas Argentina. Saya bertanya, kenapa tak ada pemain Timnas Argentina berkulit gelap. Padahal beberapa timnas negara lain di Amerika Selatan memiliki pemain kulit gelap.

Brazil misalnya, memiliki Romario, Gilberto Silva, Pele, dan banyak lagi. Ekuador memiliki Agustin Delgado. Peru memiliki Teofilo Cubillas. Kolombia memiliki Faustino Asprilla. Uruguay punya Marcelo Zalayeta. Venezuela punya Salomon Rondon. Dulu di kualifikasi Piala Dunia 1994, seingat saya Bolivia memiliki pemain berkulit gelap, tapi saya lupa namanya.

Sebenarnya Chile dan Paraguay juga negara yang Timnasnya jarang atau tak punya pemain berkulit gelap. Tapi kesukaan saya pada Argentina membuat saya lebih memburu cerita Argentina.

Lama pertanyaan itu tak terjawab, sampai akhirnya saya sedikit menemukan jawaban. Kala menjadi pelajar kebiasaan iseng saya adalah main ke perpustakaan. Nah, buku tebal ensiklopedi bangsa-bangsa adalah salah satu buku yang sering saya buka.

Pandangan mata saya kemudian berhenti di halaman yang memuat cerita negara Argentina. Dari situ, rasa penasaran kenapa tak ada pemain kulit gelap di Timnas Argentina itu akhirnya sedikit terjawab setelah bertahun-tahun tanda tanya itu tak menemukan palu pemecahnya. Maklum saja, dulu bukan zaman seperti sekarang yang semua informasi hanya modal klik, www....

Seingat saya dari buku itu, begini ceritanya. Sebenarnya dahulu banyak orang kulit gelap di Argentina. Mereka adalah orang imigran. Kemudian hadirlah masa penjajahan. Nah orang-orang kulit gelap ini adalah bagian yang paling banyak meninggal saat peperangan sehingga jumlahnya menyusut.

Kemudian, Argentina tidak melarang kawin campur. Artinya orang kulit gelap bisa menikah dengan yang berkulit terang. Alhasil, keturunannya makin tidak gelap murni.

Lalu, ada cerita di awal abad 20. Saat itu, ada komunitas teater yang berniat manggung di Buenos Aires ibu kota Argentina. Kala itu akan memainkan cerita perbudakan. Komunitas ini kemudian mencari orang kulit gelap untuk ikut bermain berperan sebagai budak. Tapi, sampai seantero Buenos Aires tak didapatkan orang berkulit gelap. Komunitas ini baru mendapatkan orang kulit gelap di Montevideo. Ya, Montivedeo yang ibu kota Uruguay itu.

Itulah secuil jawaban dari pertanyaan bertahun-tahun yang tak terjawab. Saya jadi tahu mengapa hampir tak ada pemain kulit gelap di Timnas Argentina. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun