Seingat saya dari buku itu, begini ceritanya. Sebenarnya dahulu banyak orang kulit gelap di Argentina. Mereka adalah orang imigran. Kemudian hadirlah masa penjajahan. Nah orang-orang kulit gelap ini adalah bagian yang paling banyak meninggal saat peperangan sehingga jumlahnya menyusut.
Kemudian, Argentina tidak melarang kawin campur. Artinya orang kulit gelap bisa menikah dengan yang berkulit terang. Alhasil, keturunannya makin tidak gelap murni.
Lalu, ada cerita di awal abad 20. Saat itu, ada komunitas teater yang berniat manggung di Buenos Aires ibu kota Argentina. Kala itu akan memainkan cerita perbudakan. Komunitas ini kemudian mencari orang kulit gelap untuk ikut bermain berperan sebagai budak. Tapi, sampai seantero Buenos Aires tak didapatkan orang berkulit gelap. Komunitas ini baru mendapatkan orang kulit gelap di Montevideo. Ya, Montivedeo yang ibu kota Uruguay itu.
Itulah secuil jawaban dari pertanyaan bertahun-tahun yang tak terjawab. Saya jadi tahu mengapa hampir tak ada pemain kulit gelap di Timnas Argentina. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H